Kerumunan penumpang memenuhi stasiun KRL Tanah Abang, malam ini, Kamis (28/8). Mereka tertahan akibat relasi KRL antara Stasiun Tanah Abang-Palmerah terputus, akibat rel kereta diduduki massa sisa demo di DPR.
Di antara kerumunan itu, ada Buyung, seorang pria berusia 65 tahun yang telah berdiri lama dengan tongkat empat kakinya. Ia sudah berada di stasiun itu sejak umur 16.00 WIB.
“Dari jam 4. Sudah empat jam saya nunggu,” katanya pelan, sembari kemudian mulai duduk karena kakinya lelah.
Biasanya, perjalanan Buyung sore itu lancar. Rute yang ia tempuh yakni dari Stasiun Duri, lalu transit di Tanah Abang untuk pulang ke Parung Panjang. Rencana pulang berubah menjadi penantian panjang, ketika jalur kereta menuju Serpong/Rangkasbitung terganggu imbas demo ricuh di sekitar Gedung DPR.
“Dari rumah saudara. Nunggu empat jam, aturan udah di rumah, udah mandi, udah makan, udah makan obat, eh malah sengsara di stasiun,” ujarnya.
Sementara sebagian penumpang memilih mencari jalur alternatif, Buyung memilih bertahan. Sebab, uangnya pas-pasan jika harus cari alternatif lain.
Alhasil, dengan uang yang ia punya ia memutuskan bertahan dengan sepotong roti dan sebotol air mineral yang dibeli di stasiun.
“Kan kita sayang duitnya. Perut aja sudah lapar ini kokoloprokan. Makannya baru makan roti doang sama beli Aqua,” ucapnya.
Situasi Buyung sebetulnya tak baik-baik amat. Ia berkejaran dengan waktu. Ia mengidap diabetes dan tubuhnya mulai lemas sore itu. Penyakit itu juga yang jadi alasan ia menggunakan tongkat berkaki empat untuk berjalan.
“Kena gula, lemas, makanya Bapak berdiri kagak kuat lama-lama. Harus pakai tongkat (empat kaki). Kalau tongkat satu (kaki) kagak bisa, jatuh,” katanya sambil menunjuk tongkat yang setia menopangnya.
Meski usia senja dan kondisi kesehatan membatasi geraknya, Buyung masih berusaha mencari nafkah. Sesekali ia menarik bajaj di sekitar Tanah Abang.
“Bapak walaupun begini, kalau badan Bapak sehat, fit, narik bajaj. Itu saya kalau malam suka mangkal di depan. Di depan ini stasiun sampai jam 12, kereta terakhir,” tuturnya.
Ia memiliki enam anak. Empat sudah berumah tangga, sementara dua lainnya masih sendiri. Salah satu anaknya bahkan sedang sakit dan harus diinfus di Bekasi. Namun Buyung memilih tidak merepotkan mereka.
“Ih, kan anak udah pada kerja, udah rumah tangga. Yang satu juga jauh, jarang ketemu,” katanya.