
Di tengah minimnya siswa baru di sejumlah SMA swasta di Jawa Barat tahun ajaran 2025/2026, jumlah siswa baru SMA Yapan Indonesia di Depok justru meningkat. Pada tahun ini, jumlah siswa yang terdaftar mencapai 282.
Lebih banyak daripada tahun sebelumnya yang ada di angka 180. Artinya, ada kenaikan sekitar 56,67 persen.
"Kalau untuk tahun kemarin kita buka 5 kelas, tahun ini kita ada 8 kelas," ungkap Kepala Sekolah SMA Yapan Indonesia, Sari Widayati, saat ditemui kumparan, Rabu (23/7).
Menurut Sari, pihaknya memang sudah menargetkan siswa baru pada tahun ajaran 2025/2026 supaya naik lebih banyak lagi. Maka, kata dia, pihaknya sudah menyiapkan tiga ruang kelas yang selama ini belum dimaksimalkan pengunannya.

Selain itu, kata dia, lokasi SMA Yapan Indonesia juga strategis. Dilalui angkutan umum dan biayanya juga terjangkau. Menurutnya, biaya SPP per bulan di Yapan Indonesia sekitar Rp 450 ribu. Adapun uang masuk yang dibayar pertama kali sekitar Rp 6,4 juta.
"Ketika saya tanya ke orang tua, anak-anak rata-rata kalau tidak diterima di negeri, memang pilihnya di sini. Salah satunya memang, mungkin sekolah-sekolah swasta, kalau di sini kan emang nasional, maksudnya umum ya. Rata-rata di sini [Sawangan] sekolahnya Islam," kata dia.
Meski begitu, lanjut Sari, ada 13 siswa yang tiba-tiba mundur meski sudah melakukan pembayaran. Bahkan beberapa di antaranya ada yang tarik berkas saat sudah menjalani Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Hal itu, kata dia, tak lepas dari kebijakan Pencegahan Anak Putus Sekolah (PAPS) dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Kebijakan itu menyebut satu kelas SMA negeri bisa diisi 50 orang.

"Dan memang ada beberapa yang tarik berkas. Mereka sudah masuk ke sini, sudah melakukan pembayaran, sudah registrasi. Ternyata tiba-tiba dipanggil di sekolah negeri. Nah itu mereka tarik berkas. Yang tarik berkas sekitar 13 kalau tidak salah," ungkapnya.
Sari menyebut, siswa di SMA Yapan Indonesia rata-rata berasal dari Sawangan. Meski ada beberapa dari Citayam dan Pamulang. Adapun mayoritas siswanya adalah perempuan.
Siswa SMA Islamiyah Sawangan Turun Signifikan
Sementara itu, SMA Islamiyah Sawangan, yang jaraknya sekitar 1 km dari SMA Yapan Indonesia justru mengalami pengurangan siswa yang lumayan signifikan. Siswa baru pada tahun ajaran 2025/2026 ada di angka 52 siswa, sementara pada tahun lalu jumlahnya mencapai 98. Tahun-tahun sebelumnya pun masih di angka 90-an.

Menurut Wakil Kepala Sekolah SMA Islamiyah Sawangan, Faisal Fahriansyah, formulir pendaftaran yang diambil orang tua murid sebetulnya mencapai 84. Lalu 13 orang di antaranya sempat mengembalikan formulir, tetapi akhirnya mencabut berkas karena tiba-tiba diterima di sekolah negeri.
"Tapi sebelum dari program PAPS itu keluar, ada beberapa juga anak yang memang naik berkas juga. Memang tahun ini kita mengalami penurunan yang sangat, artinya, apa ya, sangat drastis," kata Faisal saat ditemui terpisah.
Menurut Faisal, cara-cara promosi yang dilakukan pihaknya sebetulnya sama. Yakni lewat pembagian brosur ke sekolah-sekolah termasuk lewat internet, tetapi memang di tahun ini terjadi pengurangan siswa.
Adapun biaya SPP per bulan sekitar Rp 250 ribu per bulan. Dengan uang masuk, kata dia, tak sampai Rp 4 juta.
"Artinya kita sekolah juga masih menengah ke bawahlah," pungkasnya.
SMA Muhammadiyah 1 Cuma Punya 4 Murid
Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 1 Depok cuma mendapatkan empat siswa baru pada tahun ajaran 2025/2026. Sekolah yang berada di Jalan Raya Sawangan, Pancoran Mas, Depok itu tiap tahun biasanya menerima 20 hingga 25 siswa.

Salah satu guru di sekolah tersebut, Fikria Irsyad, menyebut suasana pembelajaran di kelas 10 pun jadi tak biasa. Dalam arti suasana pembelajaran jadi sangat kondusif karena siswanya sangat sedikit.
"Rasanya kayak bimbel gitulah ya. Cuma ya dijalanin aja sih. Maksudnya jangan sampai semua [siswa] malah hilang gitu. Ya mudah-mudahan sih malah bertambah gitu," ungkap Fikria saat ditemui kumparan di lokasi, Rabu (23/7).