Denmark merupakan negara yang memaksimalkan penggunaan energi hijau dan terbarukan. Mereka berharap apa yang dilakukan di negaranya dapat diterapkan di Indonesia.
Kepada kumparan, Wakil Duta Besar Denmark di Indonesia Per Brixen menceritakan bagaimana negaranya mulai memanfaatkan energi hijau dan terbarukan. Itu sudah dimulai pada periode 1980-an atau sekitar 40 tahunan lampau.
Brixen menyebut pada 1970-an, dunia dihantam krisis akibat lonjakan harga minyak. Pada periode itu, penggunaan energi di Denmark hampir sepenuhnya bergantung pada impor minyak.
Karena krisis harga minyak berkepanjangan pada medio 1980-an, pemangku kepentingan di Denmark mulai merumuskan soal kemandirian energi.
“Jadi krisis itu semacam panggilan untuk sadar bagi para pembuat kebijakan Denmark, dan itu mendorong mereka untuk memberikan fokus yang kuat pada kemandirian energi, diversifikasi, dan efisiensi energi,” ujar Brixen saat diwawancarai oleh kumparan di kantornya beberapa waktu lalu.
“Dan dari situlah transisi dimulai. Kemudian berlanjut menjadi fokus yang kuat pada energi terbarukan sebagai salah satu alat pengembangan utama,” sambung Brixen.
Brixen menjelaskan terdorongnya Denmark menggunakan energi hijau dan terbarukan juga disebabkan faktor krisis iklim. Pemerintah Denmark kemudian memilih memaksimalkan energi hijau, termasuk pengelolaan angin.
Perjalanan panjang kemandirian energi di Denmark berujung pada 2024 saat energi angin menjadi penghasil utama listrik di sana.
“Jika Anda ingin melihat situasi sekarang, pada tahun 2024 lebih dari 50% listrik Denmark, lebih tepatnya 53,5%, diproduksi dari tenaga angin, itu rekor nasional,” sambung Brixen.
Di bawah tenaga angin, energi hijau lainnya seperti tenaga surya dan bioenergi menjadi sunber lainnya untuk menghasilkan listrik. Total, kata Brixen, 80% listrik di Denmark berasal dari berbagai energi terbarukan dan energi hijau.
Ia kemudian menekankan sebagai penggerak penggunaan energi terbarukan, Denmark memetik hasil positif di bidang perekonomian. Sebab, berbagai perusahaan energi angin di Denmark memberikan kontribusi positif bagi perekonomian.
Terkait pengelolaan limbah menjadi energi, Brixen menyebut tujuan utama Denmark adalah memiliki sistem pengelolaan limbah yang baik. Itu dimulai dari memilih sumber limbah yang bisa digunakan kembali menjadi energi atau hal berguna lainnya.
“Jadi penghasil limbah, yang bisa jadi rumah tangga atau bisnis, harus memilah, ketika saya tinggal di Denmark, saya punya tujuh tempat sampah yang berbeda, berbagai jenis limbah. Bisa kertas, botol, logam, limbah sisa dan dan dan limbah organik,” papar Brixen.
“Jadi itu target utamanya adalah untuk melihat apakah Anda dapat menggunakan kembali sebagian limbah atau mendaur ul...