Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk anak-anak sekolah akan resmi dimulai Senin (4/8) depan. Pelaksanaan CKG anak sekolah berusia 7-17 tahun ini ditargetkan dapat menjangkau 53 juta anak di seluruh Indonesia, lho!
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Pratikno, mengungkapkan CKG anak sekolah bertujuan untuk tidak hanya mendeteksi dini potensi penyakit, tetapi juga bisa membantu pengobatan anak-anak yang telah memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
Dalam konferensi pers Kick Off Cek Kesehatan Gratis Sekolah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan program CKG yang berlangsung sejak Februari 2025 sudah menjangkau 16,4 juta penduduk Indonesia.
Dengan adanya CKG untuk anak sekolah yang akan dimulai di pekan pertama Agustus 2025, maka bisa menambah masyarakat yang mendapatkan pelayanan cek kesehatan. Pemeriksaan ini juga berlangsung untuk sekolah-sekolah di bawah Kementerian Agama, Moms.
Budi Gunadi menjelaskan, CKG sudah dilakukan terlebih dahulu di 72 sekolah rakyat beberapa waktu lalu. Hasil CKG menemukan kesehatan gigi menjadi persoalan yang paling banyak ditemukan pada kelompok anak-anak.
"Anak-anak ini masalahnya gigi, nomor satu. Jadi saya juga terkejut ternyata banyak anak kita yang memiliki masalah gigi, mata. Selain itu juga mengenai anemia, kurang darah, tekanan darah, dan beberapa penyakit menular seperti TBC," ujar Budi Gunadi, dilihat dari YouTube Kemenkes RI.
Kesehatan Mental dan Kebugaran Anak-anak Juga Disoroti
Nah Moms, pada pemeriksaan CKG anak sekolah juga akan dilakukan cek kesehatan jiwa. Budi Gunadi menuturkan pemeriksaan kejiwaan ini penting karena saat ini anak-anak juga rentan mengalami masalah kesehatan mental.
"Karena banyak selama ini kita tidak bisa mengidentifikasi masalah kejiwaan, kesehatan jiwa di anak-anak kita. Dan kita juga melihat ternyata banyak juga yang mengalami kecemasan, depresi. Mungkin kebanyakan lihat gadget, baca dari media sosial. Itu sekarang kita juga mulai ukur," jelas Budi Gunadi.
Selain permasalahan gigi, hasil CKG anak sekolah juga menemukan permasalahan kebugaran pelajar yang kurang.
"33 persen itu tingkat kebugaran [pelajar] kurang, jadi anak-anak kita itu kurang olahraga. Saya mau lapor ke Mendikdasmen supaya lebih banyak olahraga atau pelajaran olahraganya," ungkap dia.
Sementara masalah kesehatan ketiga yang paling banyak ditemukan adalah anemia yaitu di bawah 12 persen. Untuk anemia, pemerintah telah menjalankan program pemberian tablet tambah darah untuk anak-anak remaja perempuan.
Di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH, mengungkapkan status gizi anak-anak Indonesia masih perlu diperhatikan. Sebab, 1 dari 4 anak berusia 13015 tahun (16,2 persen) dan 1 dari 8 anak usia 16-18 tahun (12,1 persen) mengalami overweight atau obesitas.
"Kemudian satu dari enam usia 5-14 ta...