
CUACA ekstrem tak hanya menjadi ancaman di musim penghujan. Dalam beberapa hari terakhir, hujan deras hingga ekstrem kembali mengguyur sejumlah wilayah di Tanah Air, meski sebagian besar daerah telah memasuki musim kemarau.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, hujan dengan intensitas tinggi terjadi di Maluku (205,3 mm/hari), Kalimantan Barat (89,5 mm/hari), Jawa Tengah (83 mm/hari), dan wilayah Jabodetabek (121,8 mm/hari) dalam tiga hari terakhir. BMKG memperingatkan potensi peningkatan curah hujan dalam sepekan mendatang, khususnya di wilayah Indonesia bagian tengah hingga timur.
"Fenomena ini disebut sebagai dampak dari dinamika atmosfer yang memicu pembentukan awan hujan secara masif, meskipun kemarau telah berlangsung di hampir separuh wilayah Indonesia," ungkap BMKG dalam keterangan resmi, Rabu (6/8).
Keberadaan Bibit Siklon Tropis 90S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu menjadi salah satu pemicu utama, dengan membentuk daerah perlambatan angin (konvergensi) yang memanjang dari Pulau Jawa hingga pesisir barat Sumatra bagian selatan. Di sisi lain, suhu muka laut (SST) yang hangat di sejumlah perairan Indonesia menambah kandungan uap air di atmosfer, memperkuat potensi hujan.
Tak hanya itu, kombinasi dari berbagai gelombang atmosfer seperti Low-Frequency, Mixed Rossby-Gravity, hingga Madden-Julian Oscillation (MJO) yang aktif di sekitar Samudra Hindia turut memperbesar potensi pembentukan awan konvektif.
Gelombang ini berkontribusi langsung terhadap peningkatan aktivitas hujan di wilayah-wilayah seperti selatan Jawa, Nusa Tenggara, Selat Makassar, hingga sebagian besar kawasan Indonesia Timur.
Bibit Siklon Tropis 90S yang saat ini terpantau di barat daya Bengkulu, memiliki kecepatan angin maksimum 25–30 knot dan tekanan udara minimum 1005 hPa, dengan arah gerak ke selatan–barat daya. BMKG menyebut pertumbuhannya dipicu oleh kondisi atmosfer yang mendukung, termasuk vortisitas permukaan, kelembapan yang tinggi, dan suhu laut yang mendukung penguatan sistem.
Kondisi ini berkontribusi secara tidak langsung terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat di wilayah Sumatra bagian selatan, serta gelombang tinggi antara 2,5–4 meter di Samudra Hindia barat Bengkulu hingga Lampung, dan selatan Banten hingga NTT.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem meski berada di tengah musim kemarau. Risiko seperti hujan deras, angin kencang, serta gelombang tinggi tetap mengintai sejumlah wilayah. Di sisi lain, ancaman kekeringan dan potensi kebakaran hutan dan lahan juga belum sepenuhnya mereda.
Oleh sebab itu, kata dia, masyarakat diharapkan secara aktif memantau informasi cuaca dari BMKG dan melakukan langkah antisipatif sejak dini, termasuk menjaga lingkungan dan menghindari aktivitas berisiko saat cuaca ekstrem terjadi. (H-4)