Dilansir dari laman Pemerintah Aceh, kue Bhoi sering dijadikan bingkisan saat berkunjung ke rumah saudara atau tetangga yang sedang mengadakan hajatan, seperti sunatan atau kelahiran. Kue ini juga kerap menjadi bagian dari seserahan calon pengantin pria kepada calon pengantin perempuan.
Biasanya, kue Bhoi dijual di pasar tradisional atau dipesan langsung kepada pembuatnya. Proses pembuatannya cukup rumit, sehingga tidak semua orang bisa membuatnya. Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk menghasilkan kue Bhoi yang sempurna.
Namun, di tangan tiga mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK), yaitu Nelli Desianti dari Pendidikan Ekonomi, Sarah Salsabil dari Biologi, dan Putri Salsabila Rinaldi dari Statistika, mereka tak hanya membuat kue Bhoi jadi lebih lezat, tapi juga sehat.
Mereka menamakan produknya ini sebagai Bhoi Morica. Kalau biasanya kue Bhoi dibuat dari tepung terigu, telur, gula, dan vanili, mereka menambahkan dua bahan alami yang mudah ditemukan, yaitu daun kelor dan biji pepaya. Daun kelor kaya vitamin A, kalsium, zat besi, dan antioksidan. Sementara biji pepaya diolah menjadi tepung yang memiliki manfaat antibakteri dan anti-cacing.
Produk ini dikembangkan sebagai solusi alami untuk obat cacing (anthelmintik) serta pencegahan stunting pada balita dan ibu hamil. "Harapan kami dari Bhoi Morica adalah menjadi solusi inovatif untuk mengatasi stunting dan infeksi cacingan di Provinsi Aceh,” ujar ketua tim, Nelli, seperti dikutip dari laman USK, Minggu (10/8).
Berkat ide kreatif ini, Bhoi Morica berhasil meraih tiga penghargaan di ajang internasional Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE) 2025. Mereka membawa pulang Silver Medal, Special Award, dan Special Prize.
KIWIE 2025 diikuti ratusan penemuan dari berbagai negara, termasuk 445 penemuan dari Korea Selatan dan 312 penemuan dari 16 negara lain. Acara ini digelar oleh Korea Women Inventors Association (KWIA) dan Korean Intellectual Property Office (KIPO) dengan dukungan WIPO dan kementerian di Korea Selatan.
“Ajang ini dirancang untuk mendorong kreativitas dan inovasi di kalangan perempuan, memberikan platform untuk menampilkan karya inovatif, serta membuka peluang kolaborasi dan akses ke pasar global,” tambah Nelli.
Ia juga menjelaskan bahwa Bhoi Morica lahir dari keprihatinan terhadap tingginya angka stunting dan cacingan di Aceh. Dengan memanfaatkan bahan lokal yang mudah ditemukan, mereka ingin menghadirkan solusi pangan lokal yang sehat.