
Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) menyerahkan dua insinerator pengolahan sampah anorganik untuk Desa Jati Kulon dan Desa Kedungdowo di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Program Director Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) Jemmy Chayadi mengatakan, pemberian insinerator ini merupakan bagian untuk menanggulangi permasalahan sampah di Kabupaten Kudus.
"Kapasitasnya ini 300 sampai 375 kilogram per jam. Kudus ini kan rumah sendiri, kita punya tanggung jawab untuk membantu pemerintah menanggulangi sampah," ujar Jemmy, saat penyerahan unit insinerator di Desa Jati Kulon, Kudus, Senin (23/6).

Ia menjelaskan, bantuan insinerator itu diberikan karena dua desa tersebut sudah siap dalam pengolahan sampah. Sebab, nantinya insinerator ini akan dikelola Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes.
"Ini pertama kali BLDF membangun insinerator di desa di mana semua penduduk desanya sudah punya komitmen memilah sampah dan berambisi mampu menjadi contoh bagi desa lain," jelas dia.
Ia pun meminta masyarakat untuk terus berperan aktif untuk melakukan pemilahan sampah agar pengelolaan sampah anorganik menjadi optimal.
"Ayo bersama-sama kita belajar memilah, menyortir sampah. Besar harapan dua desa ini menjadi role model untuk desa lain sehingga ini bisa dikembangkan ke seluruh Kudus. Tahun 2029 harapannya tidak ada sampah yang menumpuk dan tidak terkelola di Kudus," ucap Jemmy.
Sementara itu, Bupati Kudus Sam’ani Intakoris menyambut baik bantuan ini. Menurutnya, bantuan ini merupakan sebuah solusi untuk mengatasi sampah yang ada di Kudus.
"Sampah ini menjadi masalah di Kudus, apalagi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di sini sempat mengalami kelebihan kapabilitas lantaran setiap hari ada 400 ton sampah yang dihasilkan," ungkap Intakoris.
Dari jumlah itu, lanjut dia, 40 persennya atau sekitar 160 ton merupakan sampai anorganik termasuk sampah residu yang tidak bisa didaur ulang sehingga harus dimusnahkan dengan insinerator.
"Ini adalah bantuan yang tidak bisa diukur oleh uang. Dengan bantuan insinerator ini sampah residu bisa ditangani termasuk limbah medis dari rumah sakit dan puskesmas yang harus dimusnahkan," ucap Intakoris.

Di sisi lain, Kepala Desa Jati Kulon Hery Supriyanto menyebut, 1.867 rumah tangga di desanya sudah melakukan gerakan pilih sampah. Ke depan insinerator itu akan ditambah mesin pencacah plastik agar optimal.
"Ke depan di sekitar insinerator bakal dibangun mesin pencacah plastik sehingga semua sampah plastik mampu dicacah dan mempunyai nilai ekonomi untuk masyarakat dan desa," kata Hery.
Insinerator ini kapasitas hingga 350 kilogram per jam. Keunggulan alat ini terletak pada efisiensi dan keamanannya, karena mesin ini justru menggunakan sampah sebagai bahan bakar utama. Selain itu, sistem operasionalnya juga dilengkapi fitur digital pemantau kinerja secara real-time sehingga lebih aman digunakan.