Jakarta, CNBC Indonesia - Pedagang daging sapi di beberapa pasar mengungkapkan kondisi sekarang yang jauh berbeda dengan dahulu, di mana kini nasib mereka makin merana karena sepinya pembeli. Para pedagang pun mengaku sempat mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat dari hasil penjualannya dahulu, atau saat pembeli masih ramai membeli daging sapi.
Namun kini, kehidupan mereka seakan berubah 180 derajat, di mana kini mereka harus menelan pil pahit yakni susahnya untuk menghidupi keluarganya. Hal ini terjadi karena pembeli daging sapi semakin berkurang di mana salah satunya karena harganya yang dinilai terlalu tinggi.
Sofyan contohnya, salah satu pedagang sapi di Pasar Kemiri Muka Depok ini mengaku dulu dia dan pedagang lainnya dapat membeli sapi hingga lebih dari satu ekor di pemotongan hewan. Sehingga daging yang dia jual cukup banyak.
"Dulu, pedagang sini masing-masing beli satu ekor, itupun kadang kurang karena permintaan tinggi, ya bisa lima ekor lah," kata Sofyan saat ditemui CNBC Indonesia, Selasa (12/8/2025).
Namun kini, ia hanya mampu untuk membeli satu ekor sapi dari pemotongan hewan. Kemudian dari satu ekor tersebut, dagingnya saling dibagikan ke pedagang lain.
"Sekarang wah, beda banget, bisanya 1 ekor saja, itupun saya sama pedagang lain iuran buat beli sapinya, setelah itu, dagingnya dibagi-bagi," tambah Sofyan.
Foto: Harga Daging sapi di Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025). CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata
Harga Daging sapi di Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025). CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata
Dia pun mengungkapkan omzet penjualannya sekarang sudah turun hingga 60%.
"Jualan daging sapi sekarang paling dapet Rp 500 ribu saja sudah alhamdulillah, dulu bisa dapat jutaan, sekarang susah, intinya turun lebih dari 50% lah," kata Sofyan.
Bahkan, penghasilan dari penjualan daging sapi hanya cukup untuk menghidupi keluarganya, di mana dulu jauh berbeda.
"Sekarang ya duitnya muter-muter di situ saja, ya hanya cukup buat menghidupi keluarga. Dulu waktu masih ramai, kita gak pusing mikir duit buat sekolah anak, sekarang, ya pusing, kadang cukup, kadang enggak," tambah Sofyan.
Begitu juga Mamat, pedagang daging sapi di Pasar Minggu, di mana dulu saat penjualan daging sapi masih ramai, Ia tak pusing-pusing memikirkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan tiap harinya, karena penghasilan dari penjualan daging sapi sudah cukup bahkan berlebih.
"Kalau dibandingkan dengan dulu, beda banget yang pastinya, dulu kami bisa hidup cuma dengan berjualan daging sapi, sekarang? ya susah," kata Mamat.
Pedagang lainnya, Dede, mengungkapkan kini selisih modal dengan harga jual yang tipis membuat dari penghasilannya, Ia hanya sanggup menghidupi keluarganya saja.
"Modal Rp 93.000, kita jual Rp 120.000, terus pembeli jarang ada yang beli, ya sudah, cuma cukup buat menghidupi keluarga, itu pun terkadang mepet," kata Dede.
Dede menambahkan, penjualan daging sapi biasanya cukup kencang saat Lebaran, baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Tetapi, Ia tidak mungkin hanya mengharapkan momentum dua lebaran itu.
"Sebenarnya 2 Lebaran tahun ini, pembeli masih banyak ya, sampai harga naik saking permintaan tinggi, tapi tidak mungkin kalau hanya berharap dari lebaran, kan cuma terjadi 2 kali dalam setahun," tambah Dede.
Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (ASDI) Asnawi membenarkan hal demikian, karena dahulu para pedagang daging sapi tidak memiliki pesaing berat, membuat kehidupan para pedagang daging sapi sejahtera kala itu.
"Betul, dulu para pedagang hidupnya tercukupi bahkan lebih karena belum ada pesaing utama yakni daging kerbau. Tapi sekarang, sudah ada pesaing yakni daging kerbau (impor), itu degradasi nilainya jomplang. Perbandingannya saja 60:40. 60 untuk daging kerbau, 40 daging sapi," terang Asnawi.
Selain itu, tingginya harga daging sapi yang mencapai Rp 140.000 per kg dan sepinya pembeli menyebabkan para pedagang memilih menutup lapak mereka dan berganti profesi seperti menjadi pedagang daging ayam.
"Betul, ada pergeseran pedagang dari sebelumnya berjualan daging sapi ke daging ayam, karena mereka ingin tetap hidup ya, kalau terus-terusan berharap dari jualan daging sapi, cukup sulit," terang Asnawi.
Menurut catatan APDI, jumlah pedagang daging sapi di Indonesia sekitar 1,25 juta orang. Saat ini, tinggal tersisa 462.500 orang atau menghilang 787.500 orang.
(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ombudsman Sentil Kebijakan Impor Daging Era Jokowi, Tunjuk Masalah Ini