PEDAGANG di Pasar Hewan Barito satu suara menolak direlokasi ke Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Penolakan itu dibuktikan saat puluhan pedagang tetap membuka kiosnya meski sudah diperintahkan pemerintah untuk segera dikosongkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah Provinsi Jakarta mengimbau agar lapak-lapak yang berjejer di trotoar dekat Taman Langsat itu steril pada awal Agustus 2025 ini. Namun mayoritas pedagang memilih tetap membuka kiosnya seperti biasa, meski sedikit di antaranya tampak tutup sementara.
Pedagang tampak tetap sibuk menjajakan dagangannya. Mulai dari kucing, kelinci, hamster, pakan, hingga barang-barang yang berkaitan dengan hewan peliharaan. Beberapa pengunjung juga tetap datang melihat-lihat kios.
Pedagang merasa tak punya pilihan lain. Dimas, salah satu pedagang di Pasar Hewan Barito ini mengaku pendapatannya turun ketika wacana relokasi ini mengemuka.
"Ya menurun. Mungkin orang pikir kami sudah dipindahkan," kata pedagang yang sudah berjualan di Pasar Hewan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan selama 12 tahun ini pada Senin, 4 Agustus 2025.
Kondisi itu membuat mereka tetap berjualan. Tak peduli dengan perintah pemerintah agar kiosnya segera dikosongkan. Belum lagi kewajiban membayar retribusi yang harus pedagang bayar secara rutin.
Selain itu, dia mengatakan permintaan relokasi ini tidak direncanakan dengan matang oleh pemerintah. "Diminta pindah, tapi bangunannya belum disiapkan. Kayak mengusir, bukan merelokasi," ujar Dimas.
Di sisi lain, para pedagang di Pasar Hewan Barito keberatan untuk direlokasi karena alasan historis. Pasar Barito yang sudah diberdiri sejak 1987 ini dinilai telah melekat dan menjadi ikon Jakarta Selatan itu sendiri.
Pedagang lain, Danang menyayangkan bila kawasan yang sudah terkenal hingga mancanegara ini dikosongkan. "Apa bisa pemerintah mengembalikan nilai historis jika kami dipindah ke tempat lain?" ujarnya.
Menurut dia, perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk mengembalikan citra pasar yang menjual berbagai jenis hewan peliharaan hingga pakan ini. Alih-alih Pasar Hewan Barito ini diubah bentuk menjadi taman, dia mendorong agar pemerintah menyatukan taman dan pasar.
"Relokasi itu bukan solusi. Saya khawatir kawasan ini justru ke depan menjadi sepi karena tidak ada lagi Pasar Hewan," katanya.
Dimas sependapat dengan hal itu. Menurut dia, kehadiran pedagang hewan di Pasar Barito ini menghidupkan suasana. Masyarakat yang berkunjung ke taman bisa melihat-lihat hewan peliharaan. Perputaran ekonomi juga bisa terjadi di kawasan ini.
"Jadi lebih hidup, dibanding hanya taman luas tapi tidak ada aktivitas," ujar Dimas.
Adapun Pemerintah Provinsi Jakarta menyatakan relokasi pedagang di Pasar Barito ini diperlukan untuk pembangunan Taman Asean. Ruang terbuka hijau itu rencananya bakal menghubungkan tiga taman di area tersebut, yakni Taman Langsat, Taman Ayodya, dan Taman Leuser.