BADAN Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Kerakyatan memastikan tidak menggelar unjuk rasa pada Selasa hari ini, 2 September 2025. "Tidak ada aksi hari ini," kata Koordinator Media BEM SI Kerakyatan, Pasha Fazillah Afap, melalui pesan singkat.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Pasha menyebut BEM SI Kerakyatan memiliki rencana untuk berdemonstrasi. Demo itu dilakukan karena dipicu tunjangan anggota dewan dan kematian Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, yang dilindas kendaraan taktis polisi.
Sebelumnya, BEM SI Kerakyatan berencana menggelar demo yang salah satunya diagendakan di Jakarta. Namun, aliansi belum memutuskan kapan akan melakukan aksi. "Untuk saat ini kami masih belum menentukan, melihat situasi yang masih belum kondusif terutama di Jakarta," ucap Pasha.
Dia berujar BEM SI Kerakyatan akan tetap menyuarakan keresahan masyarakat. Namun, mereka baru akan kembali turun ke jalan setelah situasi lebih aman. Saat ini, kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sedang meningkatkan pengawasan terhadap masyarakat akibat kericuhan yang terjadi di sejumlah kota.
Demonstrasi besar-besaran di berbagai daerah terus terjadi sejak Senin, 25 Agustus 2025. Unjuk rasa yang semula memprotes besaran tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat ini berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan di berbagai lokasi di Indonesia.
Seruan demo 25 Agustus itu pertama kali muncul lewat pesan berantai dari grup percakapan WhatsApp juga media sosial. Ajakan dari kelompok yang menamakan diri "Revolusi Rakyat Indonesia" itu disebar hampir seminggu sebelum pelaksanaan.
Pada hari pelaksanaan, aksi itu dihadiri oleh ratusan massa dari berbagai kalangan tanpa identitas kelompok. Demonstrasi berlangsung hingga malam. Namun, anggota parlemen tidak ada yang menemui massa. Hingga pukul 21.15 WIB, polisi dan massa aksi terlibat bentrokan di kawasan kolong jembatan layang Pejompongan, Jakarta.
Pada Kamis, 28 Agustus 2025, serikat buruh menggelar unjuk rasa dengan topik berbeda. Mereka membawa enam tuntutan, antara lain penghapusan outsourcing, penolakan upah murah, stop PHK, percepatan pembahasan RUU Ketenagakerjaan, RUU Perampasan Aset, dan meminta DPR merevisi UU Pemilihan Umum atau Pemilu.
Aksi tersebut berlangsung damai dan para buruh bubar sekitar pukul 12 siang. Namun, setelah itu gelombang massa dari mahasiswa dan massa berseragam sekolah berdatangan ke sekitar gedung DPR. Mereka menuntut pembubaran DPR serta pencabutan tunjangan anggota dewan yang berlebihan yakni mencapai Rp 100 juta saban bulan.
Demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR ini berlangsung ricuh. Puncaknya, ketika kendaraan taktis Brigade Mobil atau Brimob melindas Affan Kurniawan, 21 tahun, seorang pengemudi online di kawasan Rumah Susun Bendungan HIlir II, Jakarta Pusat.
Kematian Affan menyulut kemarahan publik. Para pengemudi ojek online seketika ramai-ramai mengepung Mako Brimob Polda Metro Jaya, di Kwitang, Jakarta Pusat. Aksi berlangsung sampai keesokan harinya dan meluas hingga ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Bandung, Makassar, Surabaya dan lain sebagainya.
Eskasasi mulai naik pada Jumat malam, 29 Agustus 2025. Bentrok antara massa dan aparat di berbagai tempat demontrasi terus memanas. Sementara polisi terus menerus menembakkan gas air mata ke arah pendemo, massa pun mulai membakar sejumlah gedung seperti gedung DPRD dan Markas Kepolisian Daerah, serta berbagai fasilitas umum seperti halte dan stasiun. Rumah sejumlah politikus juga dijarah oleh massa.