Pejabat di lembaga amal yang berafiliasi dengan pemerintah Yordania mengungkapkan pengiriman bantuan ke Gaza melalui udara (airdrop) dihentikan. Namun, belum diungkap alasan penghentian airdrop.
Dikutip dari AFP, Kamis (4/9), sejumlah negara bergabung dalam operasi yang dikoordinir oleh militer Yordania sejak akhir Juli untuk mengirim paket bantuan kemanusiaan ke Gaza lewat parasut.
Pengiriman bantuan lewat airdrop ini disetujui Israel. Pengiriman terakhir dilakukan pada 26 Agustus yang lalu.
Kepala Jordan Hasemite Charity Organization, Hussein Al-Shebli, mengatakan bahwa pengiriman bantuan lewat airdrop ditangguhkan dalam beberapa hari terakhir, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Sumber dari pemerintah Yordania yang tak ingin disebutkan namanya mengungkap hambatan Israel menjadi alasan. Namun, tak dijelaskan pula apa hambatan yang dimaksud.
Sumber itu mengatakan Yordania siap melanjutkan kembali operasi airdrop asal hambatan Israel disingkirkan.
Sementara itu, lembaga penyiar Israel, Kan, melaporkan pada Minggu (31/8) lalu bahwa pengiriman lewat airdrop ditangguhkan hingga pemberitahuan berikutnya.
"Mesir dan Yordania memutuskan menghentikan operasi karena alasan mereka sendiri," kata laporan Kan. Laporan itu juga menyebut tidak ada negara yang mengajukan permintaan baru untuk mengirim bantuan ke Gaza lewat airdrop.
Shebli mengatakan sejumlah hal tengah dilakukan untuk mengatur cara lain mengirim lebih banyak bantuan yang diperlukan masuk Gaza.
Berdasarkan militer Yordania, ada sekitar 400 penerjunan bantuan dari langit Gaza dengan berton-ton bantuan kemanusiaan sejak 27 Juli.
PBB dan kelompok bantuan telah berulang kali mendesak Israel untuk memperbolehkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza lewat jalur darat. Namun, Israel menyebut kekurangan bantuan karena salah urus pasokan di darat dan penjarahan.