
PENYEBARAN penyakit deman berdarah dengue (DBD) dan leptospirosis di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, kini meluas dan perlu diwaspadai.
Untuk antisipasi dan pencegahan penyakit tersebut, Dinas Kesehatan Klaten mengingatkan masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan.
Kepala Dinas Kesehatan Klaten, Anggit Budiarto, mengungkapkan kasus DBD 2025 hingga minggu ke-41 telah mencapai 414 kasus dan 4 kematian.
Sedangkan kasus leptospirosis sebanyak 100 kasus dan 19 kematian. Penyakit ini menyebar di 25 dari 26 kecamatan di Klaten, kecuali Kecamatan Juwiring.
“Kami minta masyarakat waspada terhadap potensi ancaman DBD dan leptospirosis di Klaten,” katanya saat dikonfirmasi Media Indonesia, Rabu (13/8).
Menurut Anggit, untuk antisipasi dan pencegahan DBD perlu gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan optimalisasi peran jumantik.
Untuk pengendalian DBD, PSN adalah langkah yang paling efektif, jentik nyamuk pasti mati. Sedangkan fogging (pengasapan) yang mati nyamuk dewasa.
“Jadi, PSN dan optimalisasi jumantik (juru pemantau jentik nyamuk) itu kunci dalam pencegahan DBD, termasuk menjaga kebersihan lingkungan,” ujar Anggit.
Kemudian, terkait kasus leptospiroris disebutkan meningkat tahun ini. Jumlah penderita leptospirosis hingga saat ini sudah 100 orang dan 19 meninggal.
Menurut Anggit, kasus leptospirosis tahun ini naik signifikan. Bahkan, kasus leptospirosis sampai Juli 2025 sudah jauh melampaui kumulatif tahun lalu.
“Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira ini menyebar di 25 dari 26 kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali di Kecamatan Wedi.
Penderita leptospirosis di Klaten terbanyak laki-laki. Sebagian besar dari penderita beraktivitas di area persawahan, sebagai petani atau buruh tani.
“Untuk penanganan kasus leptospirosis telah dilakukan dengan surveilans dan deteksi dini kasus tersebut,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Klaten. (H-1)