
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa sampai saat ini terdapat lima tantangan kesehatan paru di Indonesia yang perlu ditangani bersama PDPI.
“Pertama adalah penyakit infeksi. Jenis ini banyak ragamnya, tapi setidaknya ada tiga yang mengemuka. Ke satu adalah tuberkulosis (TB), yang kita adalah nomor dua tertinggi di dunia. Kalau kita ingat kasus tragis anak dengan kecacingan di Jawa Barat maka diberitakan bahwa orang tuanya juga pasien Tb, jadi penyakit ini masalah nasional dan juga masalah lokal yang nyata,” ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Senin (8/9).
“Infeksi kedua adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), yang dari waktu ke waktu selalu menyerang masyarakat kita. Infeksi ketiga adalah yang berkaitan dengan pandemi, baik covid-19 di waktu lalu maupun kemungkinan penyebab pandemi yang akan datang yang nampaknya akan berupa "airborne infection", ditularkan melalui udara dan masuk ke paru. Tentu kita juga perlu memberi perhatian pada infeksi jamur paru yang nampaknya makin sering dijumpai sekarang ini,” sambungnya.
Tantangan kedua kesehatan paru adalah polusi udara. Perlu diingat data dunia yang membandingkan berbagai kota besar, dan kadar polusi udara kita beberapa kali dilaporkan tidak baik. Belum lagi polusi udara akibat kebakaran hutan misalnya, atau polusi udara di tempat kerja, atau yang sedang update adalah dampak gas air mata pada paru dan pernapasan.
“Tantangan ketiga kita dalam kesehatan paru adalah masih tingginya kebiasaan merokok dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, perokok pada anak kita juga dilaporkan meningkat, dan juga penggunaan rokok elektronik yang juga terus meluas,” ujar Prof. Tjandra.
Beberapa waktu yang lalu Pemerintah Singapuramembuat aturan yang amat tegas tentang rokok elektronik demi melindungi rakyatnya. Selain itu, sudah lama Singapura (dan berbagai negara lainnya di dunia) punya program pengendalian merokok dengan sangat baik, antara lain sejalan dengan kesepakatan dunia Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).
“Tentu pemegang kebijakan kesehatan negara kita juga punya tujuan yang sama, melindungi rakyat Indonesia dari bahaya kesehatannya akibat rokok, termasuk rokok elektronik,” tegasnya.
Tantangan keempat adalah berbagai penyakit paru obstruktif, seperti Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Kelompok penyakit ini jelas mengganggu produktivitas para pasiennya, yang jumlahnya jutaan orang di negara kita. Selain itu, penyakit obstruktif juga merupakan bagian penting dari angka morbiditas, rawat di Rumah Sakit dan bahkan juga kematian.
Tantangan kelima adalah kanker paru. Ini merupakan salah satu kanker yang paling banyak ditemui. Kendati kini sudah banyak kemajuan dalam diagnosis dan terapinya, tetapi kanker paru adalah masalah kesehatan paru penting yang perlu dapat perhatian di Indonesia.
“Patut juga dipahami bahwa juga ada berbagai penyakit dan masalah kesehatan paru lainnya di negara kita, seperti Interstitial Lung Disease (ILD), masalah paru pada jamaah Haji, penyakit gangguan tidur atau Sleep Apnea, pulmonologi intervensi, sampai ke peran perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan atau AI dan juga sel punca (stem cell) dalam mengatasi masalah kesehatan paru dan pernapasan di Indonesia,” jelas Prof. Tjandra.
Dalam lima puluh dua tahun usianya, PDPI sudah banyak memberi peran penting dalam kesehatan paru dan pernapasan bangsa selama lebih dari setengah abad. PDPI berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya maksimalnya guna peningkatan derajat kesehatan bangsa.(H-2)