Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengobarkan perang dagang. Kali ini, India menjadi target baru setelah Gedung Putih resmi menetapkan tarif tambahan 25% atas sejumlah barang ekspor dari New Delhi.
Melansir Reuters pada Kamis (7/8/2025), alasan Trump memberikan tarif tambahan baru lantaran India tetap membeli minyak dari Rusia di tengah konflik geopolitik yang belum mereda.
Langkah yang diumumkan Rabu (6/8/2025) ini akan mulai berlaku dalam 21 hari setelah tanggal pengumuman, yakni pada 27 Agustus 2025.
"Kami telah melakukannya dengan India. Kami mungkin sedang melakukannya dengan beberapa negara lain. Salah satunya bisa jadi China," kata Trump saat ditanya wartawan apakah China juga akan dikenakan tarif serupa.
Tarif tambahan ini akan menaikkan bea masuk atas ekspor India ke AS hingga 50%, tertinggi yang pernah diberlakukan terhadap mitra dagang besar Amerika. Nilai ekspor India ke AS pada 2024 mencapai hampir US$87 miliar (setara Rp1.392 triliun).
Kementerian Luar Negeri India menyebut keputusan Washington sebagai "sangat disayangkan". Mereka menekankan bahwa pembelian minyak Rusia dilakukan demi menjaga stabilitas energi untuk 1,4 miliar penduduknya.
"India akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasionalnya," bunyi pernyataan resmi.
India mencatatkan pembelian minyak dari Rusia senilai US$52 miliar pada 2024 (sekitar Rp832 triliun), tertinggi sepanjang sejarah.
Pemerintah India belum merespons dengan tindakan balasan. Namun, menurut seorang pejabat senior yang enggan disebutkan namanya, langkah kompromi seperti pengurangan impor minyak Rusia dan diversifikasi energi bisa dibahas.
"Fakta bahwa tarif baru berlaku dalam 21 hari menandakan Gedung Putih terbuka untuk berunding," katanya.
Sementara itu, analis menilai, keputusan ini merupakan penurunan paling tajam dalam hubungan bilateral AS-India sejak Trump kembali menjabat pada Januari lalu. Dampaknya bisa mengganggu sektor-sektor ekspor utama India seperti tekstil, alas kaki, perhiasan, dan permata.
"Ini merupakan kemunduran yang parah. Hampir 55% pengiriman kami ke AS akan terdampak," ujar S.C. Ralhan, Presiden Federasi Organisasi Ekspor India.
Madhavi Arora, ekonom dari Emkay Global menambahkan, "Dengan tarif yang begitu tinggi, perdagangan antara kedua negara praktis akan mati."
Tarif tinggi ini membuat eksportir India kalah saing dibanding negara seperti Vietnam, Bangladesh, dan Jepang. Sementara itu, India menjadi eksportir kelima terbesar ke AS setelah China, Meksiko, Kanada, dan Jepang.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Ngeri Dihantam Perang Dagang, 2 Raksasa Tetangga RI Pilih Rayu Trump