Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia menegaskan tidak akan mempertimbangkan skema pertukaran wilayah seperti yang disampaikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjelang pertemuannya dengan Presiden Vladimir Putin di Alaska, Jumat (15/8/2025). Moskow menyebut struktur negara sudah diatur tegas dalam konstitusi dan tidak perlu "menciptakan hal-hal baru" terkait teritori.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexei Fadeev dalam jumpa pers di Moskow, Rabu (13/8.2025), mengatakan usulan Trump tersebut tidak sejalan dengan kerangka hukum Rusia.
"Struktur Federasi Rusia sudah termaktub dalam Konstitusi negara kami. Itu sudah menjelaskan segalanya," kata Fadeev, dilansir Newsweek.
Ia menambahkan, tujuan delegasi yang dipimpin Putin ke Alaska "semata-mata didikte oleh kepentingan nasional."
Pernyataan ini muncul setelah Trump, saat diwawancarai pada 8 Agustus, menyampaikan kemungkinan adanya pertukaran wilayah antara Rusia dan Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan damai untuk mengakhiri invasi penuh yang dimulai pada Februari 2022.
Adapun Rusia saat ini menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina di bagian timur, sementara Ukraina tidak menguasai wilayah Rusia sama sekali.
"Kita berbicara tentang wilayah yang telah diperjuangkan selama tiga setengah tahun. Banyak orang Rusia telah tewas. Banyak orang Ukraina juga telah tewas," kata Trump.
"Kami akan mendapatkan kembali sebagian wilayah. Akan ada pertukaran wilayah demi kebaikan kedua pihak, tetapi kita akan membicarakannya nanti atau besok," imbuhnya.
Sementara itu, Ukraina juga bersikeras terikat pada konstitusi yang melarang penyerahan wilayah, termasuk Krimea, wilayah strategis di Laut Hitam yang dianeksasi Rusia pada 2014. Pemerintah di Kyiv menegaskan tidak akan menyerahkan satu pun bagian dari wilayahnya, baik yang kini dikuasai Rusia maupun yang disengketakan.
Pertemuan Trump dan Putin di Alaska dijadwalkan membahas rancangan kesepakatan damai, dengan isu penguasaan wilayah menjadi salah satu poin krusial. Meski Trump mengisyaratkan fleksibilitas dalam pembahasan, respons keras dari Moskow dan Kyiv menunjukkan bahwa kompromi soal teritori akan menjadi tantangan utama dalam perundingan ini.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rudal Rusia Hantam Jemaat Gereja Ukraina, 34 Tewas