REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para jurnalis di Gaza tengah menjadi sasaran langsung aksi pembunuhan tentara penjajah Israel. Nama mereka bahkan dimasukkan dalam daftar tentara zionis untuk dibunuh secara sengaja, ungkap seorang jurnalis yang meliput perang Gaza.
Dengan situasi di Gaza yang kian memprihatinkan, jurnalis lokal menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam meliput dari lapangan. Israel juga telah menewaskan sebanyak 270 jurnalis dan pekerja media sejak melakukan genosida di Gaza.
Pada Ahad (12/8/2025), tentara Israel menewaskan lima jurnalis Al Jazeera, termasuk koresponden Al-Jazeera Anas Al-Sharif dan Mohammed Qareqa, serta fotografer Ibrahim Zaher dan Mohammed Nofal. Mereka syahid setelah tenda media yang mereka tinggali di luar Rumah Sakit Al Shifa di Gaza City.
Serangan mematikan ini terjadi di tengah meningkatnya ancaman terhadap jurnalis yang berupaya meliput genosida yang sedang berlangsung. Media asal Iran, Mehr News, melakukan wawancara dengan seorang jurnalis lokal yang saat ini sedang meliput dari Gaza.
Mohammed Asad, seorang jurnalis foto dan pembuat film yang mendokumentasikan perang di Gaza, mengatakan kepada Mehr News bahwa sejak awal perang di Gaza dua tahun lalu, para wartawan telah menghadapi hambatan dan tantangan dalam peliputan media yang belum pernah dialami oleh fotografer perang mana pun di dunia.
"Kami kekurangan transportasi dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk bergerak, serta peralatan keselamatan — rompi pelindung yang kami gunakan sudah kedaluwarsa."