
AKHIR pekan kerap dipandang sebagai momen untuk lebih santai dalam menjaga jadwal tidur. Sayangnya, kebiasaan ini justru dapat memperburuk kualitas tidur.
Penelitian terbaru menunjukkan gejala apnea tidur obstruktif (OSA) meningkat lebih parah terutama pada akhir pekan. Kondisi ini bahkan dialami mereka yang tidak selalu sadar memiliki gangguan tidur tersebut.
Apa itu Apnea Tidur Obstruktif?
Apnea tidur obstruktif (OSA) adalah gangguan tidur ketika pernapasan berhenti atau melambat berulang kali saat tidur. Hal ini disebabkan penyempitan atau tertutupnya saluran napas bagian atas yang menghambat aliran udara.
Gejala utamanya meliputi mendengkur keras, tersedak saat tidur, sering terbangun, hingga rasa kantuk berlebihan di siang hari. Tanpa penanganan, OSA bisa memperbesar risiko terkena hipertensi, penyakit jantung, bahkan diabetes.
Studi Besar dan Fenomena "Apnea Sosial”
Sebuah studi internasional yang dipimpin peneliti Universitas Flinders melibatkan lebih dari 70.000 orang dari berbagai negara. Hasilnya menunjukkan kemungkinan mengalami OSA tingkat sedang hingga parah meningkat 18% pada Sabtu dibandingkan pertengahan minggu.
Menariknya, menambah waktu tidur sekitar 45 menit saat akhir pekan justru dapat menaikkan risiko apnea tidur hingga 47%. Fakta ini menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam pola tidur dapat berdampak besar pada kesehatan.
Mengapa Apnea Sosial Bisa Muncul
Lindsey Hanna, seorang spesialis tidur, mengatakan “apnea sosial” bisa terjadi meski seseorang tidak memiliki OSA. Ia menyebut kondisi ini sebagai jetlag sosial.
“Rutinitas akhir pekan yang tidak teratur dapat menimbulkan jetlag sosial. Tidur menjadi lebih ringan dan terfragmentasi,” kata Lindsey Hanna kepada Healthline.
Efek ini biasanya lebih terasa pada pria dan orang dewasa di bawah 60 tahun. Siapa pun bisa merasakannya, misalnya ngantuk di pagi hari, keinginan makan manis, atau menurunnya konsentrasi.
Pekerja shift, orang tua dengan anak kecil, atau mereka yang sering begadang dan harus bangun pagi paling rentan mengalami gangguan tidur ini.
Penyebab dan Dampak pada Kesehatan
Gejala OSA bisa memburuk akibat faktor pemicu seperti begadang, tidur larut, minum alkohol, dan melewatkan terapi CPAP. Rutinitas tidur yang tidak teratur juga mengurangi tahap tidur nyenyak, sehingga tubuh merasa lelah.
Heather Darwall-Smith, seorang psikoterapis spesialis tidur, menyebut bahwa gangguan tidur bisa memengaruhi hormon leptin dan ghrelin. Hal ini memicu peningkatan nafsu makan, keinginan makan berlebih, dan kenaikan berat badan, yang meningkatkan risiko OSA.
Selain dampak medis, gangguan tidur juga memengaruhi aspek lainnya. “Selain dampak medis, gangguan tidur juga memengaruhi kesabaran, komunikasi, dan ketersediaan emosional,” jelas Darwal-Smiith.
Cara Mengurangi Risiko
Para ahli menyarankan menjaga konsistensi waktu bangun meski di akhir pekan. Tidur siang singkat sekitar 30 menit lebih dianjurkan dibandingkan tidur pagi yang terlalu lama.
Hindari alkohol atau minum air putih sebagai gantinya, dan selesaikan makan besar setidaknya dua hingga tiga jam sebelum tidur. Meluangkan waktu untuk aktivitas menyenangkan di akhir pekan setelah begadang juga disarankan untuk pemulihan.
Dengan menjaga pola tidur dan kebiasaan sehat di akhir pekan, risiko gejala OSA bisa berkurang. Tubuh lebih segar dan kualitas hidup sehari-hari tetap terjaga. (Healthline/Z-2)