
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkap beberapa alasan terkait turunnya Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Sumber Daya Alam (SDA) sektor minyak dan gas (migas). Salah satunya dikarenakan lifting dan produksi.
Berdasarkan laman resmi Kementerian Keuangan (Kemenkeu), PNBP dari SDA migas di tahun 2024 tercatat ada di angka Rp 110,9 triliun. Angka ini turun 4,5 persen secara year on year (yoy) dari tahun sebelumnya.
“Ini disebabkan pertama sumber daya alam sangat tergantung pada harga dan melemahnya harga komoditas sejak 2024 hingga sekarang sementara itu dari sektor minyak dan gas, lifting atau produksi juga mengalami penurunan,” kata dia dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-24 Masa Persidangan IV pada Selasa (15/7) di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat.
Selain itu, PNBP SDA non migas pada 2024 yang berkontribusi sebesar 20,4 persen dari total PNBP juga turut mengalami koreksi 14,3 persen yoy. Dengan begitu, nantinya Sri Mulyani juga akan meningkatkan PNBP khususnya melalui Sistem Informasi Mineral dan Batubara Antar Kementerian/Lembaga (Simbara) yang diperluas.
“PNBP lainnya akan terus kami tingkatkan baik melalui pembangunan simbara sistem informasi fokus awal di batubara tapi kemudian mineral juga, PNBP dari kementerian lembaga yang juga makin penting,” ujarnya.
Terkait upaya peningkatan PNBP SDA migas, Kemenkeu juga terus berkoordinasi dengan Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk menguatkan operasi di sektor migas.
“Dilaksanakan dengan berbagai upaya dan percepatan proyek strategis, perbaikan regulasi, dan peningkatan efisiensi serta penerapan teknologi terbaru dalam eksplorasi dan produksi,” kata Sri Mulyani.
Sebelumnya dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-23 Masa Persidangan IV pada Selasa (8/7) lalu realisasi lifting minyak bumi juga sempat menjadi sorotan dari juru bicara Fraksi Nasdem dalam rapat tersebut, Charles Meikyansah.
“Fraksi Partai Nasdaq memandang ketidakcapaian target lifting tersebut disebabkan oleh beberapa faktor struktural seperti penurunan produksi dari lapangan tua, rendahnya penggantian cadangan, serta minimnya eksplorasi,” kata Charles, Selasa (8/7).