
Pemerintah berencana menerapkan aturan Zero Over Dimension Overload (ODOL) mulai 2026 mendatang. Rencana itu telah memicu penolakan dan demo dari para sopir truk di berbagai daerah, termasuk di Jogja beberapa waktu silam.
Ipin, salah satu sopir truk buah dari Ciamis, Jawa Barat, yang biasa mengantar buah-buahan ke Pasar Buah Gemah Ripah Gamping, Sleman, turut cemas dengan rencana kebijakan tersebut.
Sebab, aturan itu akan membuat muatan yang bisa dibawa menurun drastis dari sebelumnya. Karena muatan yang dibawa menurun, ongkos yang ia terima juga kemungkinan menurun, padahal biaya yang dikeluarkan sama besarnya.
“Kalau bawanya sedikit tapi ongkos tetap, rugi. Kadang malah nombok. Mendingan diam di rumah,” ujar Ipin saat ditemui Pandangan Jogja di Pasar Buah Gemah Ripah Gamping, Sleman, Rabu (16/7).

Sebelumnya, Ipin bisa mengangkut 6–7 ton buah dalam sekali jalan, namun jika aturan Zero ODOL diterapkan, ia hanya bisa mengangkut 4 ton.
“Kalau ongkos tetap walau muatan ringan, enak. Tapi biasanya justru turun,” katanya.
Kebijakan ini menurutnya otomatis akan mengakibatkan efek domino berupa kenaikan harga-harga komoditas.
“Yang dikhawatirkan sih harga-harga barang ya naik. Pasti dinaikkan, pasti itu. Soalnya bawahnya dikit kan, ongkosnya harus tetap,” ujar Ipin.

Kekhawatiran serupa disampaikan Sasongko, pedagang buah di Pasar Buah Gamping. Namun, yang akan paling terdampak langsung dari kebijakan ini menurut dia justru petani.
Sebab, mereka harus menekan harga serendah mungkin agar harga barang masih bisa bersaing.
“Sekarang barang kan kalau barangnya bawanya sedikit otomatis kan biayanya membengkak kan? Biasanya bawanya 6 ton itu per kilo itu Rp500, kalau sudah buat bawa 3 ton separuhnya otomatis kan jadi Rp1.000. Berarti kan merugikan petaninya,” ujarnya.
Solusi lain kata dia adalah dengan menaikkan harga. Namun, hal itu juga tak mudah mengingat menurunnya daya beli masyarakat.
“Padahal pasar harga mau dinaikin juga enggak bisa karena ekonomi masyarakat sekarang kan lagi lemah. Kerasa banget sekarang,” ujarnya.
“Saya biasanya sehari bisa mulai tiga truk, sekarang satu truk saja sudah ngap-ngapan ya. Oh, benar susah benar sekarang. Enggak kayak 5 tahun yang lalu, 5 tahun yang lalu masih enak,” lanjut dia.

Baginya sendiri, kebijakan ini berpotensi menyendat pasokan buah yang bisa ia terima. Sebab, dengan biaya distribusi yang makin besar, petani kemungkin akan memilih menjual produknya di daerah mereka sendiri.
Sebagai informasi, pemerintah berencana menerapkan kebijakan Zero ODOL pada 2026 mendatang. Tujuannya untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas serta kerusakan jalan dan jembatan akibat muatan berlebih.