Siswa SLB GMIM Damai Tomohon Mengikuti Sertifikasi Merangkai Bunga

Siswa SLB Damai GMIM Tomohon, belajar merangkai bunga sebagai bagian dari pelatihan sertifikasi merangkai bunga yang diselenggarakan GenPI, PLN dan Asbindo Sulut.

TOMOHON - Puluhan siswa dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Damai GMIM Tomohon mengikuti program sertifikasi Merangkai Bunga (Semerba) yang diinisiasi oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Sulawesi Utara (Sulut), bekerja sama dengan PT PLN dan Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo).

Ketua GenPI Sulut, Marianne Walukow, mengatakan kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam pemberdayaan siswa berkebutuhan khusus di Kota Tomohon, yang dikenal sebagai tuan rumah tahunan Tomohon International Flower Festival (TIFF).

Ia menyebut, program Semerba dirancang untuk membuka peluang dan ruang kreasi bagi para siswa difabel, di mana mereka tidak hanya diajarkan keterampilan merangkai bunga, tetapi juga diberikan sertifikasi resmi dari Asbindo Tomohon sebagai bentuk pengakuan atas kemampuan mereka.

“Peserta akan menerima sertifikat dari Asbindo. Harapannya, setelah mendapatkan sertifikasi, mereka bisa ambil bagian dalam TIFF, khususnya dalam proses merangkai kendaraan hias,” ujar Marianne.

Lebih lanjut, Marianne berharap seluruh siswa yang mendapatkan sertifikat dalam program ini, bisa mendapatkan kesempatan berkarier yang baik, terutama di bidang florist.

Di sisi lain, Senior Manajer Keuangan, Komunikasi, dan Umum PLN UP3B Sulawesi, Harry Subagyo, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN. Menurutnya, kegiatan ini penting untuk meningkatkan keterlibatan penyandang disabilitas dalam agenda besar seperti TIFF 2025.

“Melalui sertifikasi ini, kami ingin memberi ruang bagi adik-adik difabel untuk menunjukkan kreativitas mereka. Dengan adanya pengakuan resmi, mereka akan semakin percaya diri. Siapa tahu kelak ada yang menjadi dekorator profesional,” ujar Harry.

Senada dengan itu, Ketua Asbindo Kota Tomohon, Melkysedek Tangkawarouw, mengaku program ini tidak hanya bersifat sementara, melainkan dirancang untuk berkelanjutan. Ia berharap, semakin banyak anak-anak difabel yang bisa menggali dan mengembangkan potensi di bidang florist.

“Para peserta sudah mulai menuangkan ide-ide mereka ke dalam karya merangkai bunga sesuai materi yang diberikan. Setiap hasil karya mencerminkan imajinasi dan ekspresi pribadi masing-masing anak,” kata Melkysedek.