
Beredar surat pemberitahuan dari pemerintah desa (pemdes) Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, meminta warganya khususnya yang memiliki bayi atau lansia untuk "menjaga jarak". Hal ini karena ada kegiatan karnaval bersih Dusun Karangjuwet yang menggunakan sound horeg.
Acara itu digelar di sepanjang Jalan Raya Donowarih pada Rabu 23 Juli 2025 sejak pukul 16.30 WIB-selesai.
Sekretaris Desa (Sekdes) Donowarih, Ary Widya Hartono, menjelaskan bahwa karnaval itu digelar secara rutin setiap dua tahun sekali yang diikuti oleh 12 RT di dusun tersebut.
"Jadi, kalau dalam penyelenggaraannya itu bersih desa Dusun Karangjuwet. Ya, setiap kegiatan mesti 12 pesertanya karena itu representasinya RT. Jadi setiap RT itu satu tim, satu kontingen. Terus di penyelenggaraan tahun ini, hari ini, itu yang satu saja, satu RT, yaitu RT 28 tang pakai kendaraan mobil hias," ujar Ary kepada kumparan, Kamis (24/7).
"Itu sebagai bukti demokrasi yang ada di dusun kami. Kalau di RT itu bikin mobil hias, ya kita diberi kemerdekaan untuk pakai mobil hias. Kalau di RT tersebut memang sangat fanatik dengan sound horeg, ya kita persilakan," lanjutnya.
Ary menyampaikan, dalam iring-iringan karnaval itu hanya satu rombongan yang menggunakan mobil hias dengan sound horeg.
"RT 28 itu, yang mobil hias itu [yang pakai sound horeg]," ucapnya.
Surat Viral
Ary mengungkapkan bahwa surat pemberitahuan Desa Donowarih yang viral itu merupakan tindakan preventif dari panitia penyelenggara. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan.
"Tindakan preventif pencegahan apabila kalau tidak diselenggarakan, kalau tidak di bikin surat edaran, itu ada orang sakit terus meninggal akibat dampak yang ditimbulkan oleh sound horeg, siapa yang bertanggung jawab. Saya rasa itu masih dalam ambang batas toleransi dan saya memaklumi," ungkapnya.

Warga Tak Ada yang Protes
Ia menyebut bahwa warganya sejauh ini tidak mempermasalahkan adanya surat pemberitahuan tersebut.
"Nah, ya mohon maaf ya. Misal warga Donowarih itu semuanya support. Terus ujug-ujug ada orang desa lain yang tidak terdampak mengkritisi atas apa yang terjadi di desa saya. Itu masuk akal enggak?" katanya.
Sangkal Menyuruh Warga Mengungsi
Ary membantah bahwa pihaknya meminta warganya yang memiliki bayi atau anak kecil serta anggota keluarga yang sedang sakit atau lansia untuk mengungsi sementara.
"Makna mengungsi itu kan juga debatable. Bahasa Jawanya tirah itu, bahasa Indonesianya ngungsi memang. Nah, cuma kan yang saya agak kurang sependapat itu, kala yang tirah itu tidak merasa terzalimi ataupun tidak merasa hal itu terganggu. Terus ngapain ada orang yang mempermasalahkan itu," sesalnya.
"Nah, itu kan akhirnya orang mendramatisir seakan-akan ada bencana terus seseorang diminta mengungsi, kan seperti itu sih," imbuhnya.
Sudah Koordinasi dengan Polisi
Ary menambahkan bahwa pemdes serta panitia penyelenggara telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk kelancaran acara.
"Alhamdulillah sudah koordinasi dan kala saya diminta presentasi ke Polres itu, secara prosedural saya bersurat, polisi juga bersurat ke saya dan saya presentasi, bisa meyakinkan, ya sudah. Lah, terus apa lagi yang perlu dipermasalahkan? Kan polisi itu orang yang bertanggung jawab atas keamanan yang ada di negara kita," katanya.