UNIVERSITAS Indonesia atau UI membantah telah membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa tandingan dengan mendirikan BEM versi Rektorat atau dikenal dengan BEM Ungu. Direktur Humas, Media, Pemerintah dan Internasional UI Arie Adriansyah mengatakan pihak kampus tidak pernah mau mencampuri urusan mahasiswa.
"Kegiatan mahasiswa adalah urusan internal masing-masing, dan UI akan selalu memfasilitasi semua kegiatan mahasiswa sepanjang sesuai dengan aturan yang berlaku," kata dia kepada Tempo, Selasa, 12 Agustus 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati demikian, Arie menegaskan bahwa secara legalitas, BEM yang diakui oleh kampus dan berhak mendapatkan berbagai fasilitas adalah BEM Ungu. "UI hanya mengakui sesuai dengan SK Rektor atas nama ketuanya Agus Setiawan," kata dia.
Polemik dualisme BEM UI ini terjadi antara BEM Kuning-sebutan untuk BEM lama versi mahasiswa, dan BEM Ungu yakni kepengurusan baru yang ditunjuk oleh Rektorat. Perbedaan ini bermula dari sengketa Pemilihan Raya (Pemira) UI 2024 yang sedang disidangkan oleh Mahkamah Mahasiswa UI (MM UI).
Namun, di tengah proses, Rektorat dan Direktorat Kemahasiswaan dan Beasiswa UI (Dirmawa UI) menerbitkan Nota Dinas yang menunjuk Agus Setiawan dan Bintang Maranatha Utama sebagai Ketua dan Wakil Ketua BEM UI 2025.
Penunjukan secara sepihak oleh kampus itu menuai penolakan dari mahasiswa. Sebanyak 14 BEM di tingkat fakultas sepakat untuk menolak kepemimpinan BEM Ungu, dan tetap berkonsolidasi dengan BEM Kuning. "Posisi mereka dan aliansi jelas menyatakan sikap bahwa dari level mahasiswa tidak akan mengikuti Rektorat. Tidak akan mengikuti BEM versi Rektorat," kata Ketua BEM UI versi mahasiswa, Zayyid Sulthan kepada Tempo, Selasa, 12 Agustus 2025.
Selain itu, penunjukan kepengurusan BEM oleh Rektorat ini juga dinilai sarat akan kepentingan politik. Menurut Zayyid, pembentukan BEM Ungu merupakan upaya kampus dalam melemahkan sikap kritis mahasiswa untuk mengkoreksi kebijakan-kebijakan rektorat maupun pemerintah di tingkat nasional.
Ia khawatir BEM UI nantinya menjadi organisasi yang dapat dipesan untuk membangun narasi positif tentang penguasa. Ia berujar, saat ini saja gerakan mahasiswa di bawah kepemimpinan BEM Ungu lebih terbatas pada kegiatan-kegiatan seremonial saja. "BEM Ungu cenderung lebih terarah, cenderung yang memiliki narasi yang lebih soft kepada pemerintah," kata Zayyid.
Tempo sudah menghubungi pengurus BEM Ungu melalui narahubung yang tertera di Instagram resmi mereka. Namun, hingga saat ini pesan tersebut belum berbalas.