
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi di Indonesia semester I 2025 mencapai Rp 942,9 triliun, meningkat 13,6 persen year on year (yoy) dari Rp 829,2 triliun. Dari hasil realisasi semester I ini, menyerap 1.259.868 tenaga kerja/pekerja di seluruh Indonesia.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, mengatakan realisasi pada semester I 2025 ini telah sejalan dengan target yang diberikan Kementerian PPN/Bappenas sepanjang 2025 yang sebesar Rp 1.905,6 triliun.
"Realisasi investasi ini sangat sesuai dengan rencana yang kita jalankan sehingga capaian dari target (tahun) ini, kembali lagi penyerapan tenaga kerja mencapai 1,2 juta orang," jelas Rosan dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (29/7).
Dari total realisasi investasi, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menyumbang porsi terbesar dengan Rp 510,3 triliun (54,1 persen), sementara Penanaman Modal Asing (PMA) mencatat Rp 432,6 triliun (45,9 persen).
"Kontribusi investasi luar Jawa Rp 476 triliun (50,5 persen) dan Jawa Rp 466,9 triliun (49,5 persen)," ucap dia.

Berdasarkan lokasi, Jawa Barat menempati posisi teratas untuk total PMA dan PMDN per semester I 2025 dengan Rp 141 triliun (15 persen), diikuti DKI Jakarta Rp 140,8 triliun (14,9 persen), Jawa Timur Rp 74,7 triliun (7,9 persen), Sulawesi Tengah Rp 64,2 triliun (6,8 persen), dan Banten Rp 60,7 triliun (6,4 persen).
Pada skema PMA, Jawa Barat memimpin dengan USD 4 miliar (14,7 persen), disusul Sulawesi Tengah USD 3,7 miliar (13,9 persen), DKI Jakarta USD 3,2 miliar (11,7 persen), Maluku Utara USD 2,5 miliar (9,3 persen), dan Jawa Tengah USD 1,6 miliar (5,9 persen).
Sementara untuk PMDN, DKI Jakarta menjadi pusat investasi dalam negeri dengan Rp 90,4 triliun (17,7 persen), diikuti Jawa Barat Rp 77,5 triliun (15,2 persen), Jawa Timur Rp 51 triliun (10 persen), Banten Rp 35,3 triliun (6,9 persen), dan Kalimantan Timur Rp 32,4 triliun (6,4 persen).
Lebih lanjut, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya mendominasi realisasi investasi subsektor dengan Rp 134,4 triliun (14,3 persen).
Transportasi, gudang, dan telekomunikasi berada di posisi kedua dengan Rp 110,7 triliun (11,7 persen), diikuti pertambangan Rp 102,2 triliun (10,8 persen), jasa lainnya Rp 85,7 triliun (9,1 persen), serta perumahan dan kawasan industri Rp 75 triliun (8 persen).
Kontribusi investasi berdasarkan sektor menunjukkan sektor tersier menyumbang porsi terbesar 45,4 persen, diikuti sektor sekunder 39,2 persen dan sektor primer 15,4 persen.
Berdasarkan skema PMA, subsektor industri logam dasar mencatat investasi terbesar dengan USD 7,3 miliar (27 persen). Disusul pertambangan USD 2,4 miliar (8,9 persen), jasa lainnya USD 2,2 miliar (8,1 persen), transportasi USD 1,7 miliar (6,3 persen), serta industri kimia dan farmasi USD 1,6 miliar (5,9 persen).
Untuk PMDN, subsektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi menjadi primadona dengan Rp 83,6 triliun (16,4 persen), diikuti pertambangan Rp 63,1 triliun (12,4 persen), perumahan Rp 53 triliun (10,4 persen), perdagangan Rp 51,1 triliun (10 persen), serta jasa lainnya Rp 50,6 triliun (9,9 persen).
Jika dilihat dari realisasi investasi asing, Singapura masih menempati posisi pertama dengan nilai USD 8,8 miliar, diikuti oleh Hong Kong USD 4,6 miliar, China USD 3,6 miliar, Malaysia USD 1,7 miliar, dan Jepang USD 1,6 miliar.
"Kami meyakini di semester kedua ini angkanya bakal terus berjalan sesuai target kami," ungkap Rosan.