
PAKAR Politik, Ray Rangkuti menilai operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap Eks Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer alias Noel, dalam kasus dugaan pemerasan pengurusan sertifikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sarat dengan makna politik.
Menurut Ray Rangkuti, kasus penangkapan Noel merupakan satu dari berbagai rentetan peristiwa hukum akhir-akhir ini yang banyak menjerat orang-orang bermasalah yang dekat dengan Jokowi.
“Jadi pertanyaan apakah ini by design atau muncul secara natural. Ini menandakan adanya keretakan yang semakin dalam antara Pak Prabowo dan Jokowi,” katanya pada Selasa (26/8).
Noel diketahui dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 menjadi relawan Jokowi dengan mendirikan Jokowi Mania. Kemudian pada Pilpres 2024, Noel mendirikan relawan Prabowo Mania 08 untuk mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, serta bergabung dengan Partai Gerindra.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Indonesia itu mencontohkan bagaimana Silfester Matutina orang yang dekat Jokowi yang tidak pernah dieksekusi hukumannya, kini kasusnya telah menjadi sorotan publik.
Silfester Matutina pun sama awalnya merupakan pendukung Jokowi pada Pilpres 2019 dan menjadi Ketua Solidaritas Merah Putih, relawan pendukung
Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024.
Selanjutnya ada Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) era Jokowi, Nadiem Anwar Makarim yang kini terseret kasus korupsi Laptop Chromebook di Kejaksaan Agung.
Selanjutnya ada Menteri Agama (Menag) era Jokowi, Yaqut Cholil Qoumas yang kini terseret kasus kuota haji yang ditangani KPK.
Orang di lingkar Jokowi lainnya ada Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution yang juga menjadi sorotan setelah KPK melakukan OTT terhadap Kepala Dinas PUPR Sumut yang disebut-sebut orang dekat Bobby Nasution.
Tak sampai di situ, Mantan Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi yang sebelumnya pendiri Relawan Projo juga dikait-kaitkan dengan perkara judi online.
Ray menduga dengan terbukanya kasus-kasus korupsi yang menjerat orang-orang dekat Jokowi, hal itu akan menjauhkan hubungan Jokowi dengan Prabowo. Terlebih lagi, Prabowo katanya, kerap menyampaikan komitmen secara tegas lewat berbagai pidatonya.
“Ada penjelasan yang faktual, artinya ini menandakan pada zaman Jokowi penegakan hukum lebih banyak ditujukan pada para pengkritik dan oposisi, namun seringkali terluput kepada orang-orang di dalam kekuasaan,” jelas Ray.
Menurut Ray, melalui berbagai pengungkapan dan penangkapan kasus-kasus korupsi yang melibatkan orang-orang dekat Jokowi, menandakan bahwa Prabowo sudah mulai menampakkan keberaniannya untuk tidak terpengaruh dengan Jokowi.
“Artinya berbagai penangkapan ini akan membawa rasa tidak nyaman terus-menerus dan dampak yang tidak positif terhadap Jokowi, dan kalau dilihat secara umum menandakan bahwa Prabowo ingin menjauh dari Jokowi,” imbuhnya.
Ray menekankan bahwa semua nama-nama yang bermasalah dengan hukum saat ini memiliki ikatan dan hubungan kedekatan dengan Jokowi.
“Dengan sendirinya ketika peristiwa ini muncul (Noel) nama Pak Jokowi juga diingatkan orang dengan nada yang negatif. Ini semakin menguatkan asumsi bahwa orang-orang dekat Jokowi selama ini, sekarang seperti menjadi target pemerintah,” pungkasnya. (Dev/I-1)