Aplikasi permainan Roblox dinilai dapat memiliki risiko anak terpapar pesan berbau seksualitas karena kebebasan interaksi antar pemain.
Hal itu disampaikan oleh Psikolog Anak, Rizqina Ardiwijaya. Menurutnya, Roblox berpotensi menghadirkan predator online.
“(Ada) Risiko eksploitasi dan predator online karena roblox punya fitur chat dan DM. Anak bisa terpapar percakapan seksual atau manipulatif, jika tidak diawasi,” ucap Rizqina saat dihubungi, Senin (6/8).
Selain itu, menurut psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI) ini, Roblox memiliki dampak negatif lainnya terhadap anak. Beberapa fitur di Roblox, bisa berpengaruh langsung terhadap emosi anak.
“Paparan pada konten tidak sesuai usia. Beberapa game memuat kekerasan, jumpscare, atau chat toxic. Ini bisa memengaruhi regulasi emosi dan persepsi anak tentang kekerasan,” ucap Rizqina.
“Sistem reward dan tantangan berulang di game bisa bikin anak sulit berhenti bermain. Jadinya, mengganggu tidur, belajar, dan relasi nyata atau langsung. Anak jadi terbiasa instan, lebih cepat frustrasi saat menghadapi tantangan di dunia nyata karena game menawarkan solusi dan reward yang cepat,” tambahnya.
Meski begitu, menurut Rizqina, tetap ada dampak positif dari permainan Roblox ini.
“Beberapa game di Roblox melatih anak berpikir logis, menyelesaikan tantangan, bahkan desain dunia sendiri,” ucap Rizqina.
“Game multiplayer bisa bantu anak belajar berkolaborasi (meski tetap harus diawasi),” lanjut dia.
“Wadah eksplorasi minat, anak bisa belajar desain game, coding, storytelling, dll. Bisa jadi pintu awal ke keterampilan digital,” tambahnya.
Rizqina menilai, yang menjadi masalah bukanlah permainan Roblox ini. Namun, permainan ini memberi akses kepada anak untuk memasuki dunia virtual.
“Roblox bukan sekadar satu game, tapi platform tempat anak bisa main ribuan game, bikin sendiri, bahkan berinteraksi dengan pemain lain secara online. Jadi, isunya bukan cuma soal 'main game', tapi juga tentang dunia virtual yang bisa mereka akses juga,” ucap Rizqina.
“Bukan gamenya yang berbahaya, tapi cara mainnya. Roblox bisa jadi sarana eksplorasi atau justru paparan negatif tergantung pada: usia dan kesiapan anak, seberapa sering dan lama ia bermain, pengawasan orang tua, penguatan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah,” tandasnya.
Sebelumnya, permainan Roblox sempat disorot oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti. Menurutnya, permainan ini mengandung unsur kekerasan yang bisa ditiru oleh anak-anak.
Ia juga menyebut permainan seperti Roblox berpotensi disusupi konten judi online (judol). Mu’ti menilai, perlu adanya pembatasan terhadap anak dalam memainkan permainan tersebut.
Mu’ti juga mendorong agar orang tua terus mengawasi anak saat bermain gim. Selain itu, Mu’ti mendorong anak-anak bermain atau menonton tayangan edukatif yang melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah.
“Ya bisa misalnya, sekarang kan banyak permainan edukatif. Misalnya yang mendorong untuk mereka berpikir tingkat tinggi, problem solving,” ujar Mu’ti usai meninjau program Cek Kesehatan Gratis di SD Cideng 02 Pagi, Jakarta Pusat, Senin (4/8).