TEMPO.CO, Jakarta - Megawati Soekarnoputri terpilih kembali menjadi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) periode 2025-2030 yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Kuta Selatan, Badung, Bali, Sabtu, 2 Agustus 2025.
Sebagai ketua umum terpilih, Megawati memberikan pidato kepada ribuan kadernya. Berikut poin-poin pidato yang disampaikan Megawati dalam Kongres VI PDIP:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ucapan Belasungkawa atas Wafatnya Kwik Gian Gie
Sebelum menyinggung soal politik dan partai, Megawati mengucapkan belasungkawa atas wafatnya ekonom senior sekaligus mantan kader partai banteng, Kwik Kian Gie. “Meskipun tidak aktif dalam partai lagi tetapi masih terus-menerus berhubungan dalam hal ekonomi. Semoga Pak Kwik diterima dengan baik oleh Allah SWT,” ujar Megawati yang disusul ucapan aamiin oleh kader partai.
Kwik Kian Gie adalah ekonom senior yang juga kader PDIP meninggal dunia pada 28 Juni 2025. Dia juga diketahui aktif dalam Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) partai berlambang kepala banteng itu.
Menjelaskan Tema Kongres VI PDIP
Megawati secara khusus meminta tema kongres kali ini yaitu Satyam Eva Jayate yang berarti kebenaran itu pasti menang. Satyam Eva Jayate merupakan falsafah dari kitab India Kuno dan digunakan oleh PDIP untuk tema HUT ke-51 partai dan kongres keenam.
Dengan tema itu, Megawati ingin menekankan persatuan sebagai satu-satunya senjata untuk memperjuangkan kebenaran tersebut. “Kita tidak akan mampu memenangkan kebenaran, jika kita selalu tercerai-berai, selalu sibuk dengan pertikaian internal,” ujarnya.
Menekankan Nilai Kedisiplinan dan Ideologi Partai
Megawati menekankan kedisiplinan dalam berbagai aspek kepada kader partai. “Yang harus punya disiplin organisasi, disiplin ideologi, disiplin teori, disiplin gerakan, dan semua itu adalah disiplin tindakan,” ujar Megawati.
Putri Presiden Soekarno ingin para kadernya menerapkan ajaran Bung Karno dengan berbagai kedisiplinan tadi. “Saya tidak butuh kader yang hanya pandai beretorika. Saya butuh kader yang rela turun ke bawah, ke akar rumput, menyambung dengan rakyat, dan menegakkan garis-garis ideologi partai,” katanya.
Menyinggung Kondisi Global Saat Ini
Dalam kesempatan tersebut, Megawati juga tidak lepas untuk menyinggung kondisi global saat ini, seperti konflik Israel-Iran dan kemerdekaan Palestina. “Kondisi global itu sekarang, menurut saya tidak begitu nyaman, saya contohkan Iran dan Israel. Seperti pidato saya di Cina, seluruh dunia seharusnya mendukung Palestina, yang terus menerus merintih dan meminta haknya, yaitu menjadi negara yang merdeka, berdaulat, aman, seperti negara yang lain,” ujar Megawati.
Situasi global lain yang disinggung oleh Megawati, seperti perang Rusia-Ukraina, konflik Suriah, dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-Tiongkok, eskalasi Laut China Selatan, Semenanjung Korea, dan sengketa perbatasan Thailand-Kamboja. “Ini hati-hati betul, dampaknya seperti tadi atau kemarin yang saya katakan. Harus dipantau dampak perekonomian kita,” kata Megawati.
Dia juga menambahkan konflik tersebut harus menjadi perhatian pemerintah. “Ini harus menjadi perhatian kita. Jangan berpikiran itu urusan negara lain. Kita harus berpikir cerdas, mengantisipasi situasi,” kata Megawati.
Tangis Megawati saat Hasto Datang di Tengah Pidato
Di tengah pidato politik yang disampaikan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hasto Kristiyanto datang dan langsung menyalami Megawati di atas panggung. Hasto memberikan gestur hormat dan mencium tangan sang Ketua Umum. Megawati menggenggam tangan Hasto. Putri presiden pertama Soekarno itu terlihat menitikkan air mata.
Tak lama kemudian, Megawati menyeka air matanya dengan tisu. Ia lalu menyerukan “Merdeka!” sebanyak tiga kali. Megawati kemudian menuturkan frasa “Satyam Eva Jayate” (kebenaran pasti menang), yang sering digunakan sebagai semboyan partai lambang banteng bermoncong putih ini. "Ternyata kebenaran itu akan menang, Alhamdulillah,” kata Megawati.
Menyindir KPK
Dalam pidato yang diberikan, Megawati menyindir Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Megawati juga sedih dengan situasi yang terjadi pada lembaga antirasuah tersebut sampai membuat Presiden Prabowo Soebianto turun tangan dalam menangani kasus.
“Saya lihat KPK sekarang sedihnya bukan main. Sayalah yang membuat, yang namanya Komisi Pemberantasan Korupsi. Coba kalau modelnya kayak gini, coba saja pikir. Masa urusan begini saja, presiden harus turun tangan,” ucap Megawati.
Megawati juga mengaku, setiap malam menyebut nama Hasto Kristiyanto ketika berzikir. Dia berdoa mengharapkan keadilan yang hakiki. “Setiap malam kalau saya sedang berzikir saya sebut semua nama-nama, termasuk Pak Hasto,” kata Megawati.
Mengkritik Masalah Teknologi dan Digital
Masalah teknologi dan digital juga tidak lepas dari kritikan Megawati . “Sudah ada penelitian akibat dari anak-anak yang disuguhi gadget. Jadi, disuruh duduk baik-baik, mau lihat apa aja ada. Ternyata kecenderungannya menjadi antisosial, tidak mau bergaul, tidak bisa berkata-kata dengan baik,” kata Megawati.
Megawati juga menyinggung kurikulum sekolah dan kondisi anak Indonesia sekarang yang memprihatinkan. “Kalau dulu, anak-anak itu mulai dari SD sudah disuruh ke depan dan mulai disuruh bercerita apa saja, sekarangkan tidak. Mulutnya sepertinya menjadi kaku dan tidak bisa merangkai kata-kata. Mengapa ini harus disampaikan, jangan lupa mereka adalah generasi kita, mereka adalah generasi Indonesia,” ujar Megawati.
Menegaskan Sistem Presidensial Indonesia
Menuju akhir pidato, Megawati menegaskan kembali sistem presidensial Indonesia. Dia menegaskan bahwa dalam sistem presidensial Indonesia, tidak dikenal istilah oposisi dan koalisi. “Sistem presidensial seperti yang kita anut tak kenal istilah oposisi dan koalisi. Demokrasi kita bukan demokrasi blok-blokan kekuasaan. Melainkan demokrasi yang bertumpu pada kedaulatan rakyat dan konstitusi itu yang paling tinggi, jangan kalian-kalian rubah,” ujar Megawati.
Sikap Politik PDIP terhadap Pemerintahan Prabowo
Putri Proklamator tersebut juga menyatakan sikap politik partainya terhadap pemerintahan Prabowo. PDIP akan mendukung pemerintah dengan catatan kebijakan yang dikeluarkan selalu berpihak pada rakyat.
“PDI Perjuangan tidak memosisikan sebagai oposisi dan juga tidak semata-mata membangun koalisi kekuasaan. Kita adalah partai ideologis yang berdiri di atas kebenaran, berpihak pada rakyat, dan bersikap tegas sebagai partai penyeimbang,” ucap Megawati dengan tegas dihadapan ribuan kader partai. PDIP selama ini belum menentukan sikap politiknya setelah pemerintahan Prabowo-Gibran berkuasa. Dengan berakhirnya pidato politik Megawati, Kongres VI PDIP secara resmi ditutup.