Beredar sebuah video memperlihatkan sejumlah warga menggotong jenazah melewati jembatan bambu melewati sungai viral di media sosial.
Tampak jenazah dibawa dengan kain sarung yang digantungkan ke sebatang bambu, dibawa melewati jembatan darurat yang hanya terbuat dari bilah bambu di atas aliran sungai.
Peristiwa ini terjadi di Blok Empang, Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, pada Selasa (5/8). Video tersebut menyita perhatian warganet karena kondisi jembatan yang sangat memprihatinkan dan membahayakan.
Namun, menurut Kuwu (Kepala Desa) Eretan Wetan, Edi Suhedi, jalur itu sebenarnya bukanlah jalur utama yang biasa dilalui warga yang membawa jenazah.
“Biasanya, Mas, kalau ada yang meninggal itu nggak lewat situ. Lewatnya jalan KUD, jalan yang lebih besar,” kata Edi saat dikonfirmasi kumparan, Kamis (7/8).
Ia menjelaskan, jembatan bambu tersebut kerap digunakan warga sebagai jalan pintas menyeberang sungai karena jaraknya lebih dekat ke permukiman maupun pemakaman. Namun, untuk membawa jenazah, jalur tersebut ini adalah pertama kalinya.
“Ini baru pertama kali, Mas. Karena biasanya warga yang meninggal dibawanya lewat jalan besar. Lewat jalan KUD, terus nyambung ke jalan pantura. Ini mah dibikin-bikin,” ujarnya.
Jenazah yang dibawa lewat jembatan itu, diketahui bernama Warkim, warga Blok Empang, yang menurut Edi, berusia sekitar 60 tahun dan meninggal karena sakit.
“Setelah menyeberang sungai, jenazah itu juga langsung dimasukkan ke keranda biasa yang sudah disiapkan di seberang sungai,” jelas Edi.
Edi menjelaskan, lokasi Blok Empang memang rawan banjir rob karena dekat dengan laut. Pemukiman warga yang terdampak sempat ditawarkan relokasi ke wilayah Eretan Kulon. Namun, sebagian warga menolak pindah.
“Tadinya mau direlokasi karena banjir rob. Tapi masyarakatnya nggak mau, pengennya dibangunnya di situ. Mereka bikin rumah panggung, macem-macem lah,” tutur Edi.
Masalah bertambah pelik karena lahan yang ditempati warga merupakan tanah empang milik pribadi, bukan aset desa.
“Tanahnya itu empang, milik pribadi. Pengennya jalannya dicor juga. Tapi kan nggak segampang itu," pungkas Edi.