Komisioner KPAI Maria Sylvana menjelaskan, dari hasil pendalaman, sebagian besar siswa yang diamankan mengaku tidak tahu alasan mereka ikut demo DPR pada 25 Agustus lalu.
“KPAI sebenarnya menyesalkan lagi-lagi ada peristiwa seperti ini. Di mana aksi unjuk rasa yang sebenarnya diperkirakan berpotensi untuk anak-anak kelompok rentan. Tapi anak-anak terlibat dan kami cukup surprise jumlahnya cukup besar,” kata Maria saat jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (26/8).
Dari percakapannya dengan para siswa di dalam ruangan penyidik, sebagian besar pelajar mengaku tidak tahu apa alasan mereka ikut berdemo.
“Intinya dari percakapan yang singkat ini anak-anak tidak tahu apa yang mereka harus lakukan. Kita semua tahu, hal seperti ini dampaknya cukup serius dengan anak-anak,” ujarnya.
Maria juga menjelaskan bahwa sebagian besar dari mereka mendapat ajakan melalui teman maupun informasi di media sosial.
“Memang pengakuan mereka beragam, ada yang diajak teman, dalam perjalanan mau ke pasar tapi kemudian ikut diamankan. Tetapi ada yang mengatakan memang mau ikut demo di DPR,” ujarnya.
Menurutnya, keterlibatan anak-anak dalam aksi massa bisa berdampak serius pada tumbuh kembang mereka.
“Minimal mereka kehilangan waktu-waktu berharga untuk bertumbuh kembang sesuai dengan minat bakat keinginan mereka,” kata Maria.
Sebelumnya diberitakan, Polda Metro Jaya menangkap total 351 orang usai demo yang berujung kericuhan di Gedung DPR/MPR pada Senin (25/8). Dari 351 pendemo tersebut, 155 orang berusia dewasa dan 196 orang anak di bawah umur.
"Dari 351 orang yang diamankan, itu 155 di antara dewasa kemudian 196 lainnya adalah anak. Anak ini adalah yang berusia di bawah 18 tahun," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya pada Selasa (26/8).