
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul resmi menutup Retret Tahap II Kepala Sekolah Rakyat yang digelar di Pusdiklatbangprof Kemensos, Jakarta Selatan, Sabtu (5/7).
Sebanyak 47 kepsek dari berbagai daerah mengikuti kegiatan tersebut sebagai bagian dari persiapan pelaksanaan rintisan Sekolah Rakyat tahun ajaran 2025-2026.
Dalam sambutannya, Gus Ipul menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak demi menyukseskan program gagasan Presiden Prabowo Subianto tersebut.
Ia menyebut, meski waktu persiapan tergolong singkat, antusiasme dan bantuan dari berbagai kalangan membuat program ini dapat terus berjalan.
“Begitu banyak orang yang peduli terhadap penyelenggaraan sekolah rakyat ini,” kata Gus Ipul dalam sambutannya.
Tes DNA 'Talent Mapping'

Gus Ipul menyinggung penggunaan pembekalan pendekatan pemetaan bakat melalui tes DNA "talent mapping" yang diberikan kepada peserta retret.
Gina Intana Dewiba, peserta retret yang merupakan Kepala Sekolah Rakyat Tangerang Selatan, menilai pendekatan ini mampu mengungkap potensi tersembunyi peserta didik yang tidak tergali lewat tes akademik konvensional.
Gus Ipul pun menegaskan bahwa pendekatan pendidikan Sekolah Rakyat akan lebih fleksibel dan personal, mengakomodasi latar belakang serta minat siswa.
“Burung jangan disuruh berenang, sapi jangan disuruh terbang,” ujarnya, mengutip pernyataan dari Prof. Mohammad Nuh mantan Mendikbud RI era Presiden keenam Indonesia SBY.
Moto

Gus Ipul memperkenalkan moto baru untuk Sekolah Rakyat: Cerdas Bersama, Tumbuh Setara.
Moto ini, menurutnya, merepresentasikan nilai kesetaraan dan semangat kebersamaan dalam menghadirkan pendidikan yang memuliakan semua anak, tanpa memandang status sosial.
“Kita harus bisa setara sebagai manusia. Tidak ada sekat-sekat lagi, kaya, miskin, menteri, kepala sekolah. Kita sama sebetulnya,” kata Gus Ipul.

Ia menekankan bahwa menjadi Kepsek Sekolah Rakyat adalah panggilan untuk "memanusiakan manusia" dan berjuang memutus rantai kemiskinan antargenerasi melalui pendidikan. Karena itu, ia meminta kepsek menciptakan lingkungan pembelajaran yang bebas dari kekerasan, perundungan, dan intoleransi.
"Jangan pernah lelah karena di pundak saudara ada amanah besar memutus kemiskinan antar-generasi, membangun karakter bangsa, dan merawat mimpi anak-anak yang kelak bisa menjadi pemimpin negeri," tutupnya.
Hingga akhir tahun 2025, ditargetkan ada 200 Sekolah Rakyat yang mampu menampung lebih dari 20.000 siswa dari tingkat SD hingga SMA. Sebanyak 100 titik dijadwalkan mulai beroperasi pada 14 Juli, sementara sisanya menunggu penyelesaian sarana dan prasarana.