Sementara indeks LQ45 ditutup naik 7,356 poin (0,93 persen) ke 796,057. Sebanyak 592 saham naik, 105 saham turun, dan 105 saham stagnan.
Frekuensi saham ditransaksikan sebanyak 1.157.606 kali dengan total volume perdagangan sebanyak 21,01 miliar saham senilai Rp 8,59 triliun.
Saham-saham pendorong indeks atau top gainers siang ini di antaranya Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS) naik 18 poin (32,14 persen) ke 74; Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) naik 26 poin (30,23 persen) ke 112; Griptha Putra Persada Tbk (GRPH) naik 19 poin (28,36 persen) ke 86; Trisula Textile Industries Tbk (BELL) naik 14 poin (25,93 persen) ke 68; dan Tempo Intimedia Tbk (TMPO) naik 44 poin (20,18 persen) ke 262.
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah siang ini menguat 13,00 poin (0,08 persen) di Rp 16.405 terhadap dolar AS.
Berikut kondisi bursa saham Asia siang ini:
Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 86,800 poin (0,22 persen) ke 42.281,300
Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 157,259 poin (0,61 persen) ke 25.460,160
Indeks SSE Composite di China turun 30,689 poin (0,79 persen) ke 3.844,840
Indeks Straits Times di Singapura naik 18,479 poin (0,43 persen) ke 4.294,549
Faktor-faktor Pendorong IHSG
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, menilai penguatan IHSG lebih dipengaruhi situasi dalam negeri yang mulai kondusif, sehingga membuat pelaku pasar berani masuk kembali ke perdagangan.
“Saat ini belum ada data yang mampu memberikan sentimen terhadap pergerakan pasar, sifatnya Masih sangat minim. Tapi memang kalau kita lihat situasi dan kondisi saat ini juga sudah mulai kondusif, ini yang membuat pelaku pasar dan investor memberanikan diri untuk bisa masuk,” ucap pria yang akrab disapa Nico kepada kumparan, Selasa (2/9).
Nico menyampaikan bahwa rencana aksi demo yang kembali digelar masih menjadi perhatian utama pasar. Menurutnya, meski Presiden dan pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah, investor masih menunggu kebijakan lanjutan yang benar-benar bisa meredakan ketegangan politik, dengan stabilitas politik yang menjadi kunci dalam menopang pertumbuhan ekonomi.
“Boleh dibilang 60 sampai 70 persen pelaku pasar dan investor cenderung untuk memberanikan diri untuk kembali masuk (ke perdagangan Indonesia), tapi hati-hati situasi dan kondisi saat ini masih penuh dengan ketidakpastian,” tambah Nico.