Berdasarkan penelusuran kumparan, sempat beredar ajakan demonstrasi di WhatsApp Group (WAG) mengenai aksi demonstrasi di sejumlah titik. Salah satunya beredar pesan berantai yang menyebut bahwa akan ada demo besar di Kota Bogor pada Senin (1/9). Narasi yang muncul adalah akan ada demo yang dihelat oleh BEM Universitas Pakuan (Unpak).
BEM Unpak sendiri telah melakukan klarifikasi. Dalam rilis yang mereka bagikan di akun instagram resmi @bemkbm_unpak, mereka memastikan bahwa ajakan demo tersebut bukan berasal dari mereka. BEM Unpak pun menyesali adanya ajakan tersebut lantaran merugikan nama baik kampus.
“Broadcast yang beredar tersebut adalah hoaks yang disebarkan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Beberapa nama dan data pribadi yang tercantum dalam broadcast tersebut merupakan bentuk doxing atau penyebaran identitas pribadi secara tidak sah. Tindakan ini telah menimbulkan keresahan, karena sejumlah kawan mulai dihubungi oleh pihak yang tidak dikenal akibat nomor telepon mereka dicatut,” tulis rilis BEM Unpak, Minggu (31/8).
Di X, ajakan palsu turun ke jalan semacam itu juga banyak ditemukan. Bermodal sebuah poster ala kadarnya, ajakan-ajakan turun ke jalan menggema. Namun,rencana aksi itu juga tidak jelas siapa penanggung jawabnya. Salah satu poster yang beredar, misalnya, bahkan menyebut turut mengundang ACAB. Padahal, ACAB atau All Cops Are Bastards merupakan ungkapan peyoratif untuk kepolisian. Poster itu pun terkesan asal-asalan.
Ketua Presidium Masyarakat Antifitnah Indonesia (MAFINDO), Septiaji Eko Nugroho, menyebut bahwa ajakan demonstrasi semacam itu sangat berbahaya. Menurutnya, masyarakat perlu mewaspadai penumpang gelap yang ingin mencemari aksi demonstrasi.
“Yang paling berbahaya justru provokasi yang menyaru sebagai undangan demonstrasi legitimate. Misalnya, ada seruan untuk turun ke jalan, tetapi disisipi ajakan untuk membakar atau menjarah. Itu yang bahaya sekali, karena bisa memicu normalisasi tindakan anarkis,” ujar Septiaji Eko Nugroho saat dihubungi kumparan, Senin (1/9).
Ia mencontohkan, beberapa waktu lalu muncul seruan demonstrasi atas nama organisasi mahasiswa, termasuk disebut-sebut BEM atau Badan Eksekutif Mahasiswa dari kampus ternama. Namun, setelah ditelusuri, sejumlah lembaga tersebut justru memutuskan tidak turun ke jalan karena khawatir ditunggangi pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
Menurut Septiaji, penyebaran informasi palsu semacam ini termasuk kategori hoaks dengan dampak serius. Jika masyarakat terlanjur percaya, bukan hanya menimbulkan keresahan, tetapi juga berpotensi menciptakan kerusuhan di lapangan.
“Ini bagian dari hoaks juga, karena mengklaim sebagai entitas yang dipercaya masyarakat. Dampaknya bisa sangat serius kalau terlanjur dipercaya,” tambahnya.
Septiaji mengatakan, pada dasarnya akar masalah di pemerintahan maupun di DPR sudah cukup banyak. Hal itu, kata dia, wajar bila masyarakat akhirnya turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi. Cuma persoalannya, lanjut dia, hoaks yang beredar itu menyebabkan masyarakat semakin marah kepada para pejabat.