athiya tsanita ambami
Gaya Hidup | 2025-08-23 16:29:56
Kesehatan psikologis kini menjadi isu yang semakin mendapat perhatian publik. Di tengah tuntutan hidup modern yang serba cepat, banyak individu menghadapi tekanan yang tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga pada kondisi mental. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mencatat bahwa lebih dari 1 miliar orang di dunia hidup dengan gangguan kesehatan mental, termasuk 1 dari 7 remaja yang mengalami masalah psikologis.
Data ini menunjukkan bahwa isu kesehatan mental bukan lagi hal yang bisa dipandang sebelah mata. Kesehatan psikologis merujuk pada kondisi ketika seseorang mampu mengelola emosi, menjaga pikiran tetap seimbang, dan beradaptasi dengan berbagai tekanan kehidupan. Individu dengan kesehatan mental yang baik biasanya dapat berpikir jernih, menjalin hubungan sosial yang sehat, serta mengambil keputusan dengan lebih rasional. Sayangnya, kehidupan modern kerap memunculkan tantangan baru yang membuat stabilitas psikologis terganggu.
Tantangan Hidup Modern
Tekanan akademik, tuntutan karier, standar sosial di media digital, hingga persoalan finansial menjadi sumber stres yang paling umum dialami masyarakat saat ini. Kehadiran media sosial, misalnya, sering kali menciptakan fenomena “perbandingan sosial” yang memicu perasaan kurang berharga atau rendah diri. Di sisi lain, beban kerja yang tinggi dan kompetisi di dunia profesional juga meningkatkan risiko kelelahan mental atau burnout. Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional mencapai lebih dari 6% dari total penduduk. Angka tersebut bisa saja lebih tinggi, mengingat masih banyak masyarakat yang enggan melaporkan kondisi psikologisnya akibat stigma sosial. Hal ini membuktikan bahwa menjaga kesehatan mental merupakan kebutuhan yang mendesak.
Dampak Jika Diabaikan
Gangguan kesehatan psikologis yang tidak ditangani dapat berimplikasi serius. Stres berkepanjangan dapat memicu depresi, gangguan kecemasan, bahkan berkontribusi pada munculnya penyakit fisik seperti hipertensi, jantung, hingga penurunan daya tahan tubuh. Tidak sedikit pula kasus ketika kesehatan mental yang terabaikan berdampak pada menurunnya produktivitas, rusaknya relasi sosial, serta meningkatnya risiko perilaku berbahaya. Khusus pada kalangan remaja dan mahasiswa, tekanan psikologis sering kali muncul dari tuntutan akademik dan pencarian identitas diri. Apabila tidak didukung dengan lingkungan yang sehat, kondisi ini dapat menimbulkan risiko putus sekolah, penurunan prestasi, atau bahkan perilaku menyimpang. Karena itu, kesadaran menjaga kesehatan psikologis perlu ditanamkan sejak dini.
Langkah Menjaga Kesehatan Psikologis
Menjaga kesehatan psikologis sebenarnya bisa dilakukan melalui langkah-langkah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, mengelola emosi dengan bijak. Individu perlu memberi ruang pada diri untuk merasakan berbagai emosi, tanpa harus menekan atau menolak perasaan negatif. Kedua, menjaga pola hidup sehat. Tidur yang cukup, olahraga rutin, dan asupan gizi seimbang terbukti dapat memengaruhi kestabilan mood serta daya tahan mental. Ketiga, membangun dukungan sosial. Hubungan positif dengan keluarga, sahabat, maupun komunitas memberikan rasa aman sekaligus menjadi tempat berbagi ketika menghadapi tekanan. Keempat, menerapkan manajemen stres, misalnya dengan meditasi, relaksasi pernapasan, atau sekadar mengambil jeda istirahat di tengah kesibukan. Kelima, tidak ragu mencari bantuan profesional. Konseling dengan psikolog atau psikiater bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah bijak untuk memulihkan diri.
Peran Lingkungan dan Kebijakan
Selain usaha individu, lingkungan sosial juga berperan besar dalam menjaga kesehatan psikologis. Lingkungan keluarga yang suportif dapat menjadi benteng utama dalam menghadapi tekanan hidup. Di sekolah maupun kampus, keberadaan layanan konseling mahasiswa juga bisa menjadi sarana efektif untuk mencegah munculnya masalah psikologis yang lebih serius. Di tingkat masyarakat luas, penting adanya kampanye untuk menghapus stigma terhadap gangguan mental. Selama ini, tidak sedikit orang yang enggan mencari pertolongan karena takut dicap “lemah” atau “tidak normal”.
Padahal, kesehatan mental sama halnya dengan kesehatan fisik yang membutuhkan perhatian dan perawatan. Pemerintah pun telah berupaya memperluas akses layanan kesehatan mental melalui puskesmas, rumah sakit, hingga hotline konseling. Meski demikian, tantangan tetap ada, terutama dalam hal keterbatasan tenaga profesional dan rendahnya literasi masyarakat terkait pentingnya menjaga kesehatan psikologis. Kesehatan psikologis merupakan aspek yang tidak terpisahkan dari kualitas hidup seseorang.
Menjaga kondisi mental agar tetap stabil bukan hanya tugas individu, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, lingkungan, institusi pendidikan, dan pemerintah. Di tengah dinamika hidup modern yang penuh tekanan, kesadaran akan pentingnya kesehatan psikologis perlu semakin diperkuat. Dengan mental yang sehat, seseorang tidak hanya mampu menghadapi tantangan hidup, tetapi juga bisa menjalani kehidupan dengan lebih bermakna. Karena pada akhirnya, kesehatan psikologis bukan sekadar tentang menghindari gangguan, melainkan tentang menciptakan keseimbangan hidup yang harmonis.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.