Menteri HAM, Natalius Pigai bertandang ke kantor Kementerian Agama, Jakarta untuk bertemu Menag Nasaruddin Umar pada Kamis (7/8) siang. Keduanya melakukan pertemuan tertutup selama hampir 2 jam.
Usai pertemuan itu, Pigai pun membeberkan sejumlah poin penting di pertemuan mereka. Salah satunya adalah soal toleransi antarumat beragama.
“Kita bicara mengenai bagaimana membangun harmoni antar komunitas bangsa di Republik Indonesia. Karena harmoni yang lebih fundamental,” ucap Pigai usai pertemuan.
“Dan setelah saya mendengar banyak pandangan dari Menteri Agama, apa yang dilakukan oleh Menteri Agama adalah hal yang sifatnya fundamental. Fundamental, jadi tidak evolutif, tidak revolutif atau evolutif gradual. Tidak gradualistik, tapi fundamental, sangat fundamental,” tambahnya.
Ia pun menyinggung soal Kurikulum Cinta, sebuah program usungan Nasaruddin yang menekankan seorang manusia untuk menjadi orang yang baik kepada sesama, tanpa memandang latar belakang suku, agama, dan budaya.
Menurut Pigai, kurikulum yang tengah dibangun Nasaruddin ini merupakan sebuah kunci dalam menguatkan toleransi.
“Ini bisa dilaksanakan secara masif dan dijalankan, maka kita akan menikmati salah satu surplus. Surplus toleransi di Indonesia dan surplus penghormatan antar umat beragama di Indonesia akan terjadi pada masa yang akan datang,” ucap Pigai.
“Yang paling penting adalah membangun fondasi dan hal-hal yang sifatnya elementer dalam membangun peradaban agar Indonesia lestari. Jadi perdamaian dan toleransi di Indonesia, keharmonisan di Indonesia itu tetap terlestari. Itu yang kami pahami,” tambahnya.
Ia pun meminta masyarakat agar menghargai penyusunan Kurikulum Cinta yang tengah dibangun oleh Nasaruddin ini.
“Kami juga meminta masyarakat harus menghormati apa yang sedang dilakukan oleh Kementerian Agama. Karena Kementerian Agama bekerja yang lebih fundamental dan substantif. Jadi tidak, kalaupun juga ada kasus-kasus tertentu ya bisa disampaikan kepada Kementerian HAM, bisa juga disampaikan kepada Kementerian Agama,” ucap Pigai.
“Tapi tentu menyampaikan kepada Kementerian Agama itu yang lebih dialogis dan konstruktif. Jadi tidak destruktif, kita harapkan. Tujuan kita adalah membangun kebersamaan di atas kebinekaan agama,” tambahnya.
Pigai menilai bahwa apa yang tengah dibangun oleh Nasaruddin ini mungkin tidak akan dirasakan dalam waktu dekat.
“Nanti hasilnya itu 3 tahun, 2 tahun atau mungkin 4 tahun baru akan rasakan. Kurikulum cinta ini kan mengubah fundamental. Sangat fundamental tentang bagaimana membangun cinta. Cinta antar sesama manusia, sesama agama, agama, warga negara dengan pemimpin atau pemerintah,” ucap Pigai.
“Bagaimana menghormati warga negara dengan alam semesta. Warga negara dengan Tuhan. Jadi cinta kepada Tuhan, cinta kepada alam, cinta kepada sesama manusia, cinta kepada pemimpinnya dan cinta kepada seluruh kehidupan yang ada di dalam bumi negara Republik Indonesia,” tandasnya.