Sabuk Timah Asia Tenggara telah lama menjadi ikon geologi regional. Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat, jalur ini merupakan bagian dari Indonesia bagian barat yang membentang dari Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia, hingga Kepulauan Bangka Belitung.
Sejumlah studi terbaru bahkan menunjukkan kawasan Sabuk Timah Asia Tenggara tidak hanya kaya akan timah, tapi juga menyimpan potensi logam kritis masa depan seperti unsur logam tanah jarang atau rare earth element (REE) dan lithium.
kumparan berkesempatan melihat dari dekat operasional TSL Ausmelt Furnace yang berada di Unit Metalurgi Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu (23/8).
Smelter yang menggunakan bahan bakar batu bara tersebut terdiri dari 5 lantai. Proses peleburan timah dilakukan di lantai 4, sementara ruang kontrol (control room) terletak di lantai teratas.
Peleburan bijih timah menggunakan api yang membara dengan suhu sekitar 300 derajat celsius. Setelah peleburan selesai, timah kemudian dicetak (casting) menjadi balok timah. Balok-balok timah disimpan di gudang penyimpanan sebelum akhirnya disalurkan kepada pembeli.
Adapun sebelum dileburkan, bijih timah diolah terlebih dahulu di kawasan Pengolahan Mineral Site Muntok, tidak jauh dari smelter tersebut. kumparan melihat seluruh proses pengolahan mulai dari kedatangan pasir timah, pengeringan, pengayakan, pemisahan dari mineral ikutan, hingga menjadi konsentrat murni yang dipasok ke TSL Ausmelt Furnace.
Tidak hanya bijih timah, PT Timah juga mengolah mineral ikutan timah. Mayoritas mineral tersebut yakni Zircon, Ilmenite, dan Monazite. Setiap mineral memiliki fungsi masing-masing, terutama Monazite yang mengandung unsur logam tanah jarang (LTJ).
Kendala Pasokan TSL Ausmelt Furnace
Pembangunan TSL Ausmelt Furnace merupakan strategi PT Timah untuk menjawab tantangan yang dihadapi industri pertambangan timah saat ini, khususnya dalam memaksimalkan konsentrat timah kadar rendah.