Sama seperti Indonesia, Taiwan juga merupakan negara rawan gempa karena berlokasi di pasific ring of fire, wilayah pertemuan dua lempeng tektonik tepatnya di pertemuan antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Laut Filipina.
Karena risiko ini, para insinyur harus bekerja keras menemukan inovasi untuk membuat gedung-gedung tinggi di Taipei tahan gempa dan guncangan angin yang kuat.
Kumparan pun berkesempatan untuk mengunjungi Taipei 101, salah satu menara tertinggi tidak hanya di Taiwan, namun juga di dunia. Gedung 101 lantai dengan tinggi 508 meter ini dibangun dengan sistem peredam gempa unik: menggantung bola raksasa seberat 660 ton dengan diameter 5,5 meter di tengah-tengah menara dengan tali baja super kuat.
Teknologi sederhana namun cerdas ini bernama tuned mass damper. Ketika gempa atau angin kencang membuat gedung bergoyang, bola baja itu akan bergerak ke arah sebaliknya.
Gerakan lawan ini menyerap energi getaran, sehingga goyangan yang terasa di dalam gedung berkurang drastis.
Teknologi serupa yang dibangun di Taipei 101 juga diterapkan di The Trump World Tower milk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Dengan sistem ini, Taipei 101 dan gedung-gedung serupa yang menganut teknologi serupa tidak hanya kokoh berdiri menghadapi gempa berkekuatan besar, tapi juga memberikan rasa aman bagi ribuan orang yang bekerja, berbelanja, dan berwisata di dalamnya.
Kini, bola baja raksasa itu bahkan menjadi daya tarik wisata tersendiri. Para pengunjung bisa melihat langsung sang penyeimbang raksasa di lantai 87 yang membuat Taipei 101 tetap tegak menantang bumi dan langit.