
Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja kembali mencapai titik nadir usai kedua pasukan kembali terlibat baku tembak pada Kamis (24/7) pagi.
Saling balas serangan terjadi di wilayah yang disebut sebagai Segitiga Zamrud--perbatasan tiga negara: Thailand, Kamboja, dan Laos.
Terkini, Thailand mengirim enam jet tempur F-16 untuk menghancurkan dua target militer Kamboja. Sementara, Kamboja menembakkan artileri yang menewaskan 9 warga sipil di Thailand.
Lantas bagaimana kronologi ketegangan kedua negara bertetangga sesama anggota ASEAN ini kembali mendidih?
28 Mei 2025
Baku tembak di perbatasan pertama kali terjadi pada 28 Mei 2025. Baku tembak yang terjadi di perbatasan yang disengketakan kedua negara itu menewaskan satu prajurit Kamboja.
Kedua negara sama-sama mengeklaim bukan menjadi pihak pertama yang melepaskan tembakan. Mereka mengaku peluru yang ditembakkan merupakan bentuk hak membela diri.
7 Juni 2025
Hubungan kedua negara tetap tegang meski sepakat menghindari konfrontasi.
Thailand meningkatkan pertahanan di perbatasan dengan menempatkan pasukan. Kamboja telah lebih dulu meningkatkan pertahanan di perbatasan.

13–15 Juni 2025
Militer Kamboja meminta pasukannya yang berada di perbatasan untuk tetap waspada pada 13 Juni 2025.
Padahal, sehari setelahnya, pejabat negara dari kedua pihak bertemu di Phnom Penh guna melakukan perundingan damai. Kemlu Thailand mengatakan pertemuan itu telah "membuat kemajuan dalam membangun saling pengertian".
Satu hari kemudian, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyebut telah meminta Mahkamah Internasional (ICJ) untuk membantu mereka menyelesaikan sengketa perbatasan di 4 titik--termasuk lokasi terjadinya baku tembak.
17–24 Juni 2025
Meski kedua belah pihak telah bertemu dan membahas penyelesaian perbatasan, Kamboja melarang impor buah dan sayuran dari Thailand.
Ini merupakan tindakan yang diambil usai ultimatum eks PM Hun Sen diabaikan Thailand, yang tidak mau mencabut kebijakan pembatasan perbatasan bagi wisatawan dan pedagang masuk ke Kamboja.
24 Juni 2025
Kedua negara resmi menutup perbatasan. Kamboja menuduh aksi yang diawali oleh Thailand itu hanya memperkeruh konflik.
Namun, Thailand menyebut aksi tersebut sebagai upaya mengatasi kasus-kasus penipuan--judi online hingga berbagai bentuk scamming--yang memanfaatkan wilayah perbatasan untuk melanggengkan operasi kejahatan daring tersebut.

1 Juli 2025
Peristiwa baku tembak memberikan dampak besar terhadap pemerintahan Thailand, khususnya usai Mahkamah Konstitusi menonaktifkan PM Paetongtarn Shinawatra karena dianggap melakukan tindakan tidak etis.
Pasca baku tembak, Paetongtarn berusaha meredam konflik dan memutuskan berbicara dengan mantan PM Kamboja Hun Sen lewat sambungan telepon. Sayangnya, isi percakapan itu bocor dan memicu kemarahan publik.

Dalam percakapan itu, Paetongtarn memanggil Hun Sen dengan sebutan "paman". Tak hanya itu, ia menyebut komandan tentara Thailand di timur laut sebagai lawan politiknya.
Isi percakapan itu sontak dikritik oleh angkatan bersenjata Thailand.
Selama ini, militer Thailand dikenal memainkan peran kuat dalam politik kerajaan dan para politisi biasanya berhati-hati untuk tidak memusuhi mereka. Mitra koalisi Paetongtarn, Partai Bhumjaithai, menyebut apa yang dikatakan perdana menteri termuda itu melukai martabat negara dan militer.
7 Juli 2025
Meski tak ada konfrontasi senjata, ketegangan kedua negara masih terasa. Terutama usai Thailand menuduh Kamboja melakukan serangan siber.
Kementerian Komunikasi Thailand menyebut Kamboja bekerja sama dengan hacker asal Korea Utara untuk menyerang sejumlah institusi negara.
Pihak Kamboja pun merespons dengan menyebut kelompok hacker Thailand yang dikenal sebagai 'BlackEye-Thai' telah menyerang hampir semua sistem daring pemerintahan Kamboja dalam dua pekan terakhir. Upaya itu diklaim berhasil digagalkan.

14 Juli 2025
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mengumumkan dimulainya kebijakan wajib militer pada 2026. Ini merupakan keputusan buntut dari ketegangan perbatasan dengan Thailand yang tak kunjung mereda.
20 Juli 2025

Bermula pada 16 Juli, tiga tentara Thailand yang berpatroli di perbatasan terluka akibat ranjau darat. Satu orang kehilangan satu kakinya.
Pemerintah Thailand menuduh militer Kamboja sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Namun, Kamboja membantah telah menanam ranjau di wilayah Ubon Ratchathani (Thailand) maupun Preah Vihear (Kamboja)--lokasi ketiganya menjadi korban luka akibat ranjau.
24 Juli 2025
Baku tembak kembali pecah. Pasukan dari kedua negara di perbatasan kembali saling serang setelah hampir tiga bulan tanpa konfrontasi bersenjata. Sehari sebelumnya, pemerintah Thailand menarik duta besar mereka untuk Kamboja.
Sama seperti baku tembak pada bulan Mei, kedua negara membela tindakan mereka sebagai bentuk pertahanan diri.

Sekilas soal Ketegangan Perbatasan Thailand–Kamboja
Sengketa ini berakar dari penarikan garis batas sepanjang 800 kilometer antara kedua negara pada awal abad ke-20, saat kawasan itu masih di bawah kendali kolonial Prancis.
Pada 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa kuil Preah Vihear—salah satu objek yang disengketakan—berada di wilayah Kamboja.

Putusan serupa dikeluarkan pada 2013, ketika pengadilan memberi wilayah di sekitar kuil tersebut kepada Kamboja. Namun, Thailand menolak mengakui yurisdiksi pengadilan.
Sejak 2008, kekerasan akibat konflik perbatasan ini telah menewaskan sedikitnya 28 orang.