KETUA Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyatakan partainya tidak boleh hanya mengikuti arus. Menurut Megawati, PDIP harus mampu memiliki sikap sendiri yang sesuai dengan pokok-pokok perjuangan partai.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Pesan itu Megawati sampaikan kepada para kader PDIP dalam momen peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia. "Jangan sekali-kali kita menjadi partai yang hanya ikut arus. Jangan hanya berani bicara saat kampanye, tetapi diam jika rakyat masih menderita," kata Megawati saat memimpin upacara di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Ahad, 17 Agustus 2025.
Megawati menyebut PDIP adalah partai yang harus patuh kepada ajaran Presiden Sukarno. "Kita adalah partai ideologis, partainya rakyat marhaen, seorang petani yang selalu mendambakan supaya bisa hidup secara adil dan makmur. Partai yang memegang teguh ajaran Bung Karno," kata putri presiden pertama tersebut.
Dalam pidato 17 Agustusnya, Megawati menyebut kemerdekaan adalah pintu gerbang untuk membangun bangsa yang berdaulat. Namun, kata dia, Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan, krisis pangan global, intervensi kekuatan asing, serta kerapuhan etika dan moral dalam penyelenggaraan negara.
Megawati menyebut PDIP harus mengambil sikap untuk menghadapi berbagai permasalahan bangsa. "PDI Perjuangan harus menjadi selalu garda terdepan di dalam menghadapi tantangan ini," kata mantan presiden tersebut.
Megawati Soekarnoputri sebelumnya terpilih kembali menjadi Ketua Umum PDIP periode 2025-2030. Dalam Kongres VI PDIP awal bulan ini, Megawati mengambil sumpah dan sudah secara resmi kembali menempati posisi tersebut.
Dalam pidato politiknya di kongres tersebut, Megawai menyampaikan PDIP bukanlah partai pendukung maupun oposisi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Dia menyebut partainya sebagai partai penyeimbang.
Pengamat politik sekaligus Direktur Utama PARA Syndicate Virdika Rizky Utama menilai sikap PDIP sebagai partai penyeimbang menunjukkan ambiguitas politik. Padahal, kata dia, PDIP pernah menunjukkan sikap oposisi yang tegas di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Menurut Virdika, posisi PDIP kali ini sangat ambigu. Dia menyebut partai tersebut hendak memainkan peran ganda. "Partai berlambang kepala banteng itu ingin tampil sebagai partai kerakyatan. Pada saat bersamaan, mereka tak ingin tampak menjauh dari kekuasaan yang dipegang Prabowo Subianto," kata Virdika.