Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDTT) menyoroti persoalan besar terkait ketiadaan sistem logistik perdesaan di Indonesia.
Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Samsul Widodo menyatakan dari total 17.000 pulau yang ada, hingga kini masih belum tersedia sistem logistik daerah maupun perdesaan yang memadai.
“Bisa dibayangkan, 17.000 pulau, kita tidak punya sistem logistik daerah, sistem logistik perdesaan, kita tidak punya,” ucap Samsul dalam Pembekalan dan Pelepasan Tim Ekspedisi Patriot di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Senin (25/8).
Samsul menyebut bahwa masih banyak kabupaten yang tidak memiliki cold storage. Sebagai contoh, di Bengkulu, pasokan ayam untuk jaringan restoran cepat saji seperti McDonald’s dan KFC dikirim dari Jakarta setiap tiga hari sekali dan hanya disimpan di chest freezer, bukan cold storage. Hal serupa juga terjadi di Kalimantan, yang tidak tersedia fasilitas cold storage.
“Banyak produk-produk kita yang perishable, yang sudah rusak, membutuhkan cold storage. Pertanyaannya, siapa yang harus memulai? Apakah BUMD harus memulai untuk bisnis cold storage?,” tutur Samsul.
Menurutnya, logistik dinilai tidak bisa diselesaikan secara parsial. Pemerintah daerah maupun pusat disebut sebagai pihak yang sebaiknya mengambil peran utama dalam membangun solusi logistik ini. Apabila tidak, Samsul menyatakan akan muncul masalah pada saat produksi melimpah tetapi kebutuhan harian tidak dapat terpenuhi dengan baik.
“(Misalnya) pada saat dapur butuh, jadi jangan sampai malam ini kita sembelih 300 ekor ayam untuk kebutuhan dapur besok pagi. Itu nggak mungkin,” sebut Samsul.
Samsul pun mengusulkan untuk memanfaatkan Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes) Merah Putih agar memiliki gudang yang saling terkoneksi secara digital. Dengan cara itu, oversupply maupun overdemand dapat dikendalikan, sehingga inflasi bisa lebih terjaga.
“Karena isunya ini, kalau semua pergudangan bisa dibuatkan digitalisasi, oversupply, overdemand, bisa dikendalikan. Sehingga inflasi bisa dikendalikan. Kita tahu barang di mana, ada di mana, produksi di mana, market di mana,” jelas Samsul.
Samsul menilai keberadaan Kopdes Merah Putih akan membawa manfaat besar, mengingat seluruh desa sudah ditargetkan memiliki koperasi tersebut dan dapat dikembangkan ke berbagai sektor, mulai dari toko pertanian, toko sembako, hingga toko bangunan.
“Jadi bisa di expand ke sana dan saya pikir ini menjadi peluang (bagi Kopdes Merah Putih),” tutur Samsul.