
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono menyatakan bahwa pihaknya sedang mengembangkan sektor budidaya perikanan sebagai bagian dari strategi besar mencapai swasembada pangan nasional, terutama dalam pemenuhan kebutuhan protein.
Ia meminta agar nantinya budidaya ikan dapat dioptimalisasi dengan baik di laut, pesisir, dan bahkan darat.
“Tidak hanya karbohidrat tetapi juga protein, kita harus memiliki kekuatan di situ karena pangan itu ada karbohidrat, ada protein, ada lemak,” ujar Trenggono dalam Rapat Kerja Teknis KKP terkait Tata Ruang Laut, Jakarta Pusat, Selasa (15/7).
Menurutnya, fokus terhadap sumber protein yang berasal dari budidaya perikanan akan menciptakan produk yang bisa dipertanggungjawabkan secara mutu dan keberlanjutan.
“Karena ingredients-nya bisa dijaga dan ikannya betul-betul ikan-ikan yang sehat,” tutur Trenggono.
Namun demikian, Trenggono menyatakan saat ini budidaya ikan di danau dan waduk sudah sangat marak dan berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan karena tingginya endapan sisa pakan ikan.
Endapan ini, jika tidak ditangani, dapat naik ke permukaan dan mencemari perairan.

“Itu akan berdampak sangat tidak baik karena ada endapan sisa makanan itu yang jumlahnya sangat besar dan itu kalau naik itu akan jadi merusak lingkungan,” katanya.
Trenggono menyampaikan bahwa diperlukan pendekatan menyeluruh serta perencanaan tata ruang laut yang mencakup danau dan waduk agar kegiatan budidaya tidak merusak lingkungan.
Selain danau dan waduk, Trenggono menjelaskan bahwa pengembangan budidaya ikan saat ini dibagi ke dalam beberapa wilayah, yaitu darat, pesisir, dan laut.
Budidaya di laut disebut sebagai marine culture, sementara yang berada di pesisir dinamakan budidaya pesisir, dan di darat disebut budidaya darat yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang dirancang menjadi tambak.
Terkait penggunaan danau dan waduk yang saat ini banyak dimanfaatkan sebagai zona budidaya, ia menyampaikan bahwa pihaknya tengah melakukan kajian lebih lanjut.
Kajian tersebut mencakup teknologi yang dapat digunakan untuk tetap menjalankan aktivitas budidaya tanpa membahayakan kesehatan ikan akibat penumpukan sisa pakan. Trenggono menekankan bahwa bukan berarti praktik budidaya harus dihentikan sepenuhnya, melainkan perlu ditata dengan baik.
“Jadi sisi lain Pak Dirjen Budidaya juga sedang mencari teknologi bagaimana mengurangi atau mengambil sisa-sisa makanan, undapan sisa makanan (ikan) itu. Kalau dia (undapan) upwelling, akan berdampak kematian massal (ikannya),” tutup Trenggono.