Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyerukan persatuan nasional untuk menghadapi upaya Amerika Serikat (AS) untuk menaklukkan Republik Islam tersebut. Seruan tersebut disampaikan pada Minggu (24/8).
Pernyataan itu disampaikan di sebuah masjid di ibu kota Teheran dan dipublikasikan di situs web resmi Khamenei.
Penegasan itu disampaikan dua bulan sejak pertempuran antara Iran dan Israel. Serangan Israel terjadi saat Teheran terlibat dalam perundingan dengan negara-negara besar dunia mengenai program nuklir.
Serangan pada bulan Juni itu menargetkan situs-situs nuklir utama dan memicu pembalasan Iran, dirancang untuk mengacaukan Republik Islam Iran, menurut Khamenei.
Ia mengatakan bahwa sehari setelah Iran diserang oleh Israel pada awal perang, "agen-agen Amerika" bertemu di Eropa.
"Untuk membahas pemerintahan seperti apa yang seharusnya memerintah Iran setelah Republik Islam," kata Khamenei, dikutip dari AFP.
Khamenei mengeklaim bahwa Amerika Serikat pada akhirnya berusaha membuat Iran "patuh".
Bagi Khamenei, Iran telah bangkit dengan kuat dari perang 12 hari di bulan Juni, konfrontasi langsung paling intens dalam sejarahnya dengan musuh bebuyutannya, Israel dan Amerika Serikat.
"Bangsa Iran, dengan berdiri teguh bersama angkatan bersenjata, pemerintah, dan sistem, telah memberikan pukulan telak," kata Khamenei.
Pemimpin tertinggi, yang memiliki keputusan akhir atas urusan negara ini, juga memperingatkan tentang perpecahan internal yang menurutnya dipicu oleh kekuatan asing.
"Jalan ke depan bagi musuh adalah menciptakan perselisihan," kata dia.
"Hari ini, syukur kepada Tuhan, negara ini bersatu. Ada perbedaan pendapat, tetapi dalam hal membela sistem, membela negara, dan melawan musuh, rakyat bersatu," tambah Khamenei.
Hubungan antara Teheran dan Washington terputus setelah Revolusi Islam 1979 dan krisis penyanderaan berikutnya di Kedutaan Besar AS.
Washington sejak itu telah memberlakukan gelombang sanksi berturut-turut terhadap Teheran, yang terbaru terkait program nuklirnya.
Amerika Serikat dan sekutunya menuduh Iran berusaha memproduksi senjata nuklir, sebuah klaim yang berulang kali dibantah Teheran.