Potensi logam tanah jarang (LTJ) di Indonesia dinilai sangat besar, dengan sebaran cadangan yang muncul tidak hanya sebagai mineral utama.
Berdasarkan data dari Booklet Tambang Tanah Jarang ESDM yang dirilis tahun 2020, LTJ ditemukan sebagai produk samping dari berbagai aktivitas pertambangan di sejumlah daerah. Di Bangka Belitung, LTJ ditemukan pada monazite dan xenotime, yang merupakan produk samping dari pengolahan bijih timah.
Sedangkan di Kalimantan, potensi LTJ ditemukan pada zirconium silicate yang berasal dari pasir zirkon, serta rare earth ferrotitanates yang muncul sebagai residu dari pengolahan bauksit menjadi alumina, terutama di wilayah Kalimantan Barat.
Sementara itu, Sulawesi memiliki cadangan LTJ yang terkandung dalam bijih nikel laterit. Kajian menunjukkan keberadaan unsur bernilai tinggi seperti scandium, neodymium, praseodymium, dan dysprosium yang dapat diekstraksi melalui proses hidrometalurgi bertekanan tinggi. Selain itu, cadangan besar nikel di kawasan ini semakin memperkuat potensi LTJ sebagai produk sampingan.
Potensi lainnya juga tersebar di sejumlah daerah lain, mulai dari batuan granit, abu batubara (FABA) yang mengandung mineral fosfat, hingga tailing emas yang masih menyimpan unsur LTJ.
Badan Geologi ESDM mencatat, dari total 28 lokasi mineralisasi LTJ yang telah teridentifikasi, baru sekitar sembilan lokasi atau 30 persen yang menjalani eksplorasi tahap awal. Sementara itu, sekitar 19 lokasi lainnya atau 70 persen belum tersentuh maupun belum dieksplorasi secara optimal.
Kondisi ini disebut Badan Geologi sebagai peluang sekaligus target utama yang akan ditawarkan kepada para investor di masa mendatang.
Adapun Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto, sebagai Kepala Badan Industri Mineral di Istana Presiden, Jakarta, Senin (25/8). Badan baru ini ditugaskan untuk mengelola material strategis yang penting bagi industri pertahanan.
“Badan ini nantinya mengelola industri material strategis yang terkait untuk industri pertahanan, karena material strategis ini cukup penting untuk kedaulatan bangsa, juga diharapkan bisa meningkatkan ekonomi kita,” kata Brian di depan awak media.
Material yang dimaksud mencakup mineral logam tanah jarang dan mineral radioaktif. Brian menyebut pengelolaan kedua mineral tersebut akan menjadi bagian penting dalam mendukung kemandirian industri nasional.