
Serangan Israel ke Iran memanaskan kembali ketegangan geopolitik ke pasar minyak yang belakangan lesu akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan lonjakan pasokan dari OPEC+.
Mengutip Bloomberg, Harga minyak Brent melonjak lebih dari 9 persen usai serangan yang menargetkan program nuklir dan infrastruktur militer Iran.
Minyak mentah Brent mencapai sekitar USD 74,65 per barel pada pukul 9:55 pagi di Singapura, sementara emas juga naik.
Serangan ini menjadi eskalasi besar antara dua kekuatan militer yang dikhawatirkan bisa berkembang menjadi perang kawasan.
Kekhawatiran kelebihan pasokan yang semula mendominasi kini bergeser ke seruan untuk harga yang lebih tinggi, setidaknya dalam jangka pendek.
Banyak yang menunggu respons Iran, terutama apakah infrastruktur energi utama di Timur Tengah atau lalu lintas kapal tanker di wilayah tersebut akan terdampak.
Kepala Strategi Investasi di Saxo Markets Ltd., Singapura Charu Chanana mengatakan harga minyak bisa melonjak ke level USD 80 jika ketegangan di Timur Tengah meningkat dan risiko pasokan menjadi nyata.
"Tapi, naiknya produksi OPEC+ bisa membatasi kenaikan dan menghidupkan kembali kekhawatiran kelebihan pasokan pada musim gugur nanti,” ujar dia.
“Skenario terburuk, seperti penutupan Selat Hormuz atau terganggunya ekspor Iran sebesar 2,1 juta barel per hari, bisa berdampak serius terhadap pasokan minyak global dan memicu kenaikan ekspektasi inflasi,” tambahnya.