Langit seolah merestui setiap langkah kaki para peziarah yang datang dengan hati penuh harap dan doa.
Masjid Menara Kudus berdiri megah dengan arsitektur khasnya yang terbuat dari bata merah, memancarkan aura sakral dan keagungan masa lalu.
Bangunan ikonik ini tak hanya menjadi penanda zaman, tetapi juga menjadi latar favorit bagi para peziarah untuk mengabadikan momen spiritual mereka. Beranjak sore, peziarah masih terus berdatangan, seolah tak ada jeda bagi peziarah yang ingin menyampaikan doa.
Di gerbang utama, sejumlah petugas dengan ramah menyambut setiap tamu yang datang. Mereka tak hanya menanyakan asal dan maksud kedatangan, tetapi juga meminta para peziarah untuk mencatatkan diri di buku tamu. Selain itu, petugas dengan sabar memberikan informasi penting tentang tata tertib yang perlu dipatuhi sebelum memasuki area makam, menjaga agar kesakralan tempat ini tetap terjaga.
Di sisi lain kompleks, sebuah kolam air wudu yang jernih menarik perhatian. Di dalam kolam itu, berenang ikan-ikan berwarna-warni yang menambah kesan damai.
Para peziarah, satu per satu berwudu dengan khusyuk, bersiap menyucikan diri sebelum melangkah lebih dalam menuju kompleks makam.
Suasana kian syahdu. Sebab, terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dari berbagai sudut. Tak hanya itu, doa-doa terdengar lirih susul menyusul dengan zikir yang mengalir dari mulut ratusan peziarah, menghadap ke arah makam Sunan Kudus. Suasana menjadi khidmat, seolah waktu melambat untuk memberi ruang bagi setiap doa yang dipanjatkan.