
Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Iklim, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan pemerintah akan mengajak perusahaan Prancis berinvestasi di sektor pembangkit nuklir di Indonesia.
Hashim menyebutkan, banyak perusahaan Eropa, khususnya Prancis, ingin berpartisipasi dalam program misalnya ketenagalistrikan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
"Industri nuklir Prancis sangat kuat, 80 persen listrik di Prancis itu hasil dari tenaga nuklir. Nah mungkin perusahaan Prancis juga mau berpartisipasi," ujar Hashim usai agenda Breakfast Forum Kadin and Madef, di Gedung Madef, Paris, Senin (15/7).
Langkah ini sejalan dengan Presiden Prabowo Subianto yang sudah menyetujui program nuklir untuk ketenagalistrikan nasional sebesar 10 gigawatt (GW).
"Pak Prabowo sudah setuju. Nanti kita akan bangun, pertama 500 megawatt tenaga nuklir, nanti menjadi 10 gigawatt tenaga nuklir," tutur Hashim.
Meski demikian, Hashim tidak menyebutkan di mana rencana investasi PLTN oleh perusahaan Prancis di Indonesia, namun dia memprioritaskan wilayah Indonesia bagian barat.
"Belum ditetapkan, tapi sebagian besar ada di Indonesia bagian Barat sesuai kebutuhan. Tapi yang nanti di Indonesia bagian Timur juga diperlukan," jelasnya.
Untuk di wilayah Indonesia bagian timur, kata dia, PLTN akan dikembangkan dengan teknologi small modular reactors (SMR) dan kemungkinan besar pembangkit tersebut akan terapung.
"Tenaga nuklir terapung di atas kapal atau kapal tongkang itu untuk Indonesia bagian Timur," imbuhnya.
Di sisi lain, Hashim juga menyoroti bahwa masalah keamanan PLTN bukan lagi menjadi kekhawatiran, sebab dalam setengah abad terakhir hanya ada 3 kecelakaan besar di PLTN.
"Ternyata tenaga nuklir ini termasuk yang paling aman dari 40-50 tahun hanya 3 masalah yang satu itu di Chernobyl, yang satu lagi di Three Mile Island, yang terakhir di Fukushima dan ternyata setelah dikaji itu semua human error," tuturnya.
Dengan demikian, Hashim menilai permasalahan tersebut bisa diminimalkan dengan penggunaan artificial intelligence (AI).
"Artificial Intelligence, nanti tenaga nuklir akan dikendalikan dengan komputer dan sebagainya supaya tidak ada human error lagi. Nanti tenaga manusia hanya pelengkap saja," tandas Hashim.