JAKARTA mencatatkan deflasi sebesar -0,05% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Agustus 2025, berbalik arah setelah mencatat inflasi 0,11% pada Juli. Data itu berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS).
Penurunan harga terbesar terjadi pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, sementara kenaikan harga di sektor Pendidikan serta Restoran dan Penyediaan Makanan sedikit menahan deflasi agar tidak lebih dalam.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Jakarta tercatat 2,16%, lebih rendah dibandingkan angka nasional sebesar 2,31%, dan masih berada dalam target inflasi nasional sebesar 2,5 ±1%.
Kepala Perwakilan Bank Indonedia Provinsi DKI Jakarta Iwan Setiawan mengatakan, penurunan harga pada kelompok makanan dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas hortikultura seperti tomat, cabai rawit, dan cabai merah, yang didukung oleh pasokan yang stabil dan cuaca yang bersahabat.
Harga bawang putih juga menurun mengikuti tren harga internasional sejak April, dan ketersediaan daging ayam ras turut mendukung tekanan harga ke bawah. Namun demikian, deflasi tertahan oleh kenaikan harga bawang merah yang dipicu keterlambatan masa tanam, serta naiknya harga eceran Sigaret Putih Mesin (SPM).
"Deflasi juga didorong oleh turunnya harga BBM nonsubsidi seperti bensin sejak awal Agustus. Meski begitu, normalisasi tarif tol dan angkutan laut usai liburan sekolah membuat harga di sektor transportasi cenderung stagnan," ucap Iwan dalam keterangannya, Selasa (2/9).
Sementara itu, inflasi di sektor pendidikan meningkat menjadi 0,96% akibat penyesuaian biaya sekolah di awal tahun ajaran baru. Kelompok penyediaan makanan dan minuman juga mencatat inflasi ringan sebesar 0,20% karena naiknya harga menu seperti soto dan sop.
"Kondisi inflasi yang stabil pada Agustus 2025 tak lepas dari upaya sinergis Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta. TPID bersama BUMD pangan menggelar pasar murah dan menyalurkan bantuan pangan bersubsidi untuk menjaga keterjangkauan harga," ujar Iwan.
Upaya tersebut didukung oleh distribusi rutin, kerja sama antar daerah, serta pengembangan urban farming melalui pelatihan, bantuan alat produksi, dan program panen bersama.
Ke depan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Bank Indonesia dan TPID akan terus memperkuat strategi 4K: ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif, termasuk lewat Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), guna menjaga inflasi Jakarta tetap dalam sasaran. (E-4)