
MANADO - Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Yulius Selvanus, merespons permintaan sejumlah pihak terkait penyediaan listrik 24 jam untuk warga di Pulau Gangga, Talise dan Mantehage di Likupang, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), dengan bertemu langsung pihak PLN Suluttenggo.
Dalam pertemuan itu, diperoleh kesepakatan bersama, di mana pihak PLN Suluttenggo menyanggupi untuk menghadirkan listrik 24 jam untuk tiga pulau tersebut.
Yulius mengatakan, jika kesepakatan ini sekaligus menjadi hadiah yang diinginkan oleh warga di pulau itu, setelah sebelumnya mereka banyak dipuji karena aksi para nelayan yang menjadi penolong pertama pada insiden KM Barcelona terbakar di Talise, Minggu (20/7) lalu.
"Saya telah melakukan rapat koordinasi dengan GM PLN (Suluttenggo) dan lainnya, untuk mencarikan solusi ini (ketersediaan listrik 24 jam). Dan ternyata, kita dapatkan solusinya, tentunya apa yang diinginkan masyarakat yang ketersediaan mendapatkan listrik 24 jam," kata Yulius.
Hal ini menurut Yulius, merupakan upaya untuk menepati janjinya yang sudah disampaikan dalam rapat paripurna di DPRD Sulut, jika dia akan memberikan penghargaan kepada masyarakat yang melakukan pertolongan kepada korban KM Barcelona VA.
"Saya melakukan ini untuk memberikan penghargaan terhadap mereka atas jasa-jasa, di mana saat itu mereka berjuang keras menyelamatkan kurang lebih 580 jiwa," kata Yulius.
Yulius pun kembali berjanji jika sebelum 17 Agustus 2025, listrik 24 jam akan segera terealisasi di pulau-pulau yang ada di Kabupaten Minut tersebut.
"Kami siap mendukung dalam suatu proses yang akan dikerjakan. Kita yakin dan percaya, sebelum 17 Agustus 2025, pulau Gangga sudah terang benderang 1x24 jam," ujarnya lagi.
Sebelumnya, viral jika warga di pulau Gangga, Talise dan Mantehage belum menikmati listrik 24 jam. Ketersediaan listrik di pulau-pulau itu hanya enam hingga 12 jam.
Warga yang mengetahui itu, kemudian meminta kepada pemerintah agar supaya menjadikan listrik 24 jam sebagai hadiah sekaligus apresiasi kepada para nelayan yang berasal dari pulau tersebut yang telah menjadi penolong pertama insiden KM Barcelona yang terbakar.
Saat itu, para nelayan berbekal perahu yang biasa digunakan melaut, rela bolak-balik mengangkut penumpang yang telah melompat ke air. Tanpa pertolongan cepat dari para nelayan ini, kemungkinan banyak penumpang akan mengalami hal-hal yang tak diinginkan.