Gerhana Bulan total akan menyambangi langit Indonesia pada Minggu (7/9). Gerhana kali ini terjadi dengan durasi total selama 1 jam 22 menit 6 detik.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan durasi gerhana dari fase gerhana mulai hingga gerhana berakhir akan terjadi selama 5 jam 26 menit 39 detik. Sedangkan durasi parsialitas, yakni lama waktu dari fase gerhana sebagian mulai hingga gerhana sebagian berakhir, terjadi selama 3 jam 29 menit 24 detik.
“Gerhana Bulan Total (GBT) sering disebut sebagai Blood Moon atau Bulan Merah Darah. Hal tersebut terjadi karena Bulan tergelapi bayangan Bumi. Namun Bulan tidak gelap total, karena ada pembiasan Matahari oleh atmosfer Bumi. Hanya cahaya merah yang diteruskan karena cahaya biru dihamburkan oleh atmosfer Bumi,” ujar Thomas Djamaluddin, pakar antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kepada kumparan, Kamis (4/9).
Menurut Thomas, gerhana Bulan total kali ini bisa diamati di seluruh wilayah Indonesia. Gerhana akan dimulai pada malam 7 September 2025 pukul 23.27 WIB hingga pukul 02.56 WIB keesokan harinya, 8 September 2025. Fase total gerhana terjadi pukul 00.30 - 01.54 WIB. Untuk lebih jelasnya bisa lihat tabel di bawah ini:
Thomas menambahkan, gerhana Bulan pada 7 September bisa disaksikan dengan mata telanjang, bisa diamati langsung tanpa perlu alat bantu seperti teropong atau teleskop dengan syarat langit cerah dan bulan tidak terhalang oleh awan.
“Dampaknya sama dengan dampak Bulan purnama umumnya, yaitu pasang maksimum yang berpotensi menyebabkan banjir rob,” papar Thomas.
Oleh karena itu, saat gerhana terjadi, warga yang tinggal di daerah pesisir diimbau untuk waspada dan mengantisipasi terjadinya banjir akibat air laut pasang.
Gerhana Bulan sendiri adalah peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan. Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.
Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar (di satu garis lurus). Hal ini membuat Bulan masuk ke bayangan inti (umbra) Bumi.
Saat Bulan memasuki umbra, warnanya akan cenderung hitam. Ketika Bulan seluruhnya berada di dalam umbra (puncak gerhana), warna Bulan akan menjadi kemerahan. Hal ini dikarenakan oleh mekanisme hamburan rayleigh yang terjadi pada atmosfer Bumi. Hamburan rayleigh yang terjadi ketika gerhana Bulan sama seperti mekanisme ketika matahari berwarna kemerahan saat terbit maupun terbenam.
Spektrum dengan panjang gelombang lebih pendek seperti ungu, biru dan hijau dihamburkan ke angkasa lepas, sedangkan spektrum dengan panjang gelombang lebih panjang seperti merah, jingga, dan kuning diteruskan ke pengamat.
Selain itu, saat gerhana, tidak ada cahaya Matahari yang dapat dipantulkan oleh Bulan sebagaimana ketika fase bulan purnama. Gerhana dapat berwarna menjadi lebih kecokelatan bahkan hitam pekat jika partikel seperti debu vulkanik ikut menghamburkan cahaya.