Samah Matar bersama putranya Yousef, 6 tahun dan Amir, 4 tahun, yang menderita malnutrisi dan cerebral palsy, di sebuah sekolah yang dikelola PBB di Kota Gaza, Sabtu (26/7/2025). Anak-anak di Gaza menghadapi persoalan malnutrisi akut. Malnutrisi seringkali diperparah oleh kondisi yang sudah ada sebelumnya dan penyakit yang berkaitan dengan perawatan kesehatan yang tidak memadai serta sanitasi yang buruk, yang sebagian besar merupakan akibat dari perang yang sedang berlangsung.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebuah konser amal bertajuk "Together for Palestine" akan digelar di Wembley Arena, London, pada 17 September 2025. Digagas oleh musisi dan produser kenamaan Brian Eno, konser ini bertujuan untuk menggalang dana bagi warga sipil di Gaza yang terdampak konflik.
Meski belum merilis daftar musisi yang terlibat, Eno menegaskan bahwa acara ini merupakan bentuk solidaritas dan kepedulian terhadap masyarakat dan anak-anak di Gaza, Palestina.
"Situasi Gaza bukanlah narasi yang membingungkan. Banyak organisasi independen seperti Amnesty International dan Medecins Sans Frontieres telah menyebutnya secara jelas: ini adalah genosida," kata Eno seperti dilansir dari The National, Sabtu (2/8/2025).
Eno juga menyoroti pentingnya peran seniman termasuk musisi dalam merespons krisis kemanusiaan. Menurutnya, terlalu banyak pelaku seni yang selama ini memilih diam karena takut terhadap potensi pembungkaman atau dampak pada karier mereka.
"Namun saat ini, kebenaran sudah terlalu gamblang untuk diabaikan. Kita sudah terlalu lama diam. Ini waktunya seniman bersuara," kata Eno dalam surat terbuka di Instagram yang ditujukan kepada rekan-rekan seprofesi.
Konser ini turut digarap oleh Khaled Ziada (direktur London Palestine Film Festival), aktor dan aktivis Khalid Abdalla (The Kite Runner), serta produser Victoria & Abdul, Tracey Seaward. Seluruh dana yang terkumpul akan disalurkan melalui Choose Love, organisasi kemanusiaan berbasis di Inggris yang berfokus pada bantuan di zona konflik.
Eno dikenal sebagai salah satu seniman vokal dalam isu Palestina. Sebelumnya, ia bersama grup Massive Attack membentuk aliansi untuk melindungi seniman pro-Palestina dari potensi tekanan politik dan hukum, termasuk dari kelompok seperti UK Lawyers for Israel (UKLFI).
Tidak hanya itu, ia juga telah lama mendukung gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) serta menolak tampil di Israel.
Sumber: