Menurutnya, karya Trinity Art ini selalu hadir dalam tiga wujud, yakni lukisan yang merupakan bahasa visual yang menangkap imajinasi, filsafat dan spiritualitas, kemudian lagu yang merupakan gema suara pembawa pesan batin ke dalam jiwa pendengarnya.
"Kemudian ada maskot, yang jadi representasi karakter hidup, ikon yang memberi roh dan wajah pada gagasan," kata Sam, pelukis yang sering disebut pelukis satu triliun.
Menurutnya, seni bukan hanya untuk dipandang, tetapi untuk dihidupi. Sehingga lewat konsep Trinity Art, maka jalan tiga serangkai seni terpenuhi yakni melihat, mendengar, dan merasakan.
"Seperti tubuh, jiwa, dan roh, itu menjadi satu kesatuan yang utuh," ujarnya.
Sam mengaku percaya jika karya seni sejati harus mampu menyentuh tiga lapisan manusia, yakni pikiran (melalui lukisan yang penuh simbol dan filosofi), kemudian Perasaan (melalui lagu yang bernada universal), serta Jiwa (melalui maskot yang menjadi medium komunikasi antar lintas generasi).
Lebih lanjut, dia menyebut jika Trinity Art bukan sekadar karya, melainkan gerakan budaya, dan menjadi sebuah undangan untuk memasuki jalan seni, jalan menuju keselarasan manusia dengan diri, sesama, dan alam semesta.
Sementara itu, pada perkembangannya, hanya beberapa seniman yang mampu melahirkan karya bukan sekadar sebagai objek estetik, melainkan sebagai penanda. Sam yang juga memiliki nama Liem Sian An, adalah salah satu di antaranya.
Sam memadukan karyanya tidak terletak pada ukuran kanvas, warna, atau komposisi semata, melainkan pada kedalaman pesan yang ia wariskan. Ia melukis bukan untuk menghias ruang, tetapi untuk membangun ruang batin, di mana manusia bisa bercermin pada dirinya sendiri, pada sesama, dan pada alam semesta.
Adapun beberapa lukisan yang dihasilkan adalah Rupatawa, Sang Raja Cinta, Go Green Taruparwa, dan Freedom Shirotol Mustaqim, yang jadi prasasti visual, di mana setiap goresan kuasnya mengandung filsafat dan setiap warna menjadi bahasa jiwa, dan setiap simbol adalah doa.
Adapun karya Sam, memiliki makna spiritual karena menyentuh dimensi transendental, humanis, karena merangkul cinta dan kemanusiaan, ekologis karena menyerukan kesadaran lingkungan, dan historis karena mewariskan jejak pemikiran yang melampaui zamannya.