Hubungan Iran dan Israel menegang setelah kedua negara bertukar serangan rudal dan pesawat nirawak (drone) dalam 12 hari terakhir. Ketegangan itu bermula dari serangan Israel ke Iran pada 13 Juni 2025 dini hari yang membuat warga sipil, ilmuwan nuklir, hingga pejabat tinggi militer Iran tewas.
Setelah Amerika Serikat mengumumkan gencatan senjata, ketegangan berangsur mereda dan ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz urung dilakukan. Namun rupanya gencatan senjata itu tidak serta merta diterima Iran meski Iran dan Israel kini sudah tak lagi berbalas serangan.
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Republik Indonesia Mohammad Boroujerdi menyampaikan perspektif terkini mengenai peperangannya dengan Israel. Ia menyebut Iran-Israel tidak dalam status gencatan senjata seraya menegaskan bahwa negaranya menyerang dalam rangka membela diri.
Boroujerdi menyinggung bantuan Amerika Serikat terhadap Israel dalam perang ini hingga menjelaskan seluk beluk program nuklir Iran. Iran mengkritik pendekatan AS yang melarang negaranya melakukan pengayaan uranium dan menyebut pendekatan itu “keliru dan sangat berbahaya” karena memaksakan kehendak kepada negara lain.
Simak perbincangan kumparan dengan Boroujerdi di kediamannya di Jakarta, Senin (30/6), dalam petikan wawancara berikut ini:

Bagaimana kondisi terkini di Iran?
Saya rasa bagaimanapun perang merupakan hal tidak baik dan semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam setiap peperangan akan menerima dampak dan kamipun menerima dampak dari perang yang dimulai dan dicetuskan oleh rezim Zionis Israel kepada kami.
Tetapi kenyataan di lapangan adalah masyarakat negara kami pada saat serangan maupun pasca serangan menjalankan kehidupan mereka secara biasa dan aktivitas sehari-hari berjalan.
Di beberapa media muncul pengumuman gencatan senjata, kenapa Iran menerima gencatan senjata?
Tentu saja kami tidak menerima gencatan senjata. Yang terjadi adalah pemberhentian reaksi dari kami dikarenakan aksi terhadap kami berhenti. Kami tidak dalam gencatan senjata, tidak dalam status gencatan senjata, tetapi dalam status perang sedang berhenti. Dikarenakan yang melakukan agresi menghentikan agresinya, maka kami tidak melakukan serangan balasan atau retaliasi.
Pihak lawan, yaitu rezim Zionis Israel, sebenarnya ingin mengundang negara dan pihak lain agar terlibat dalam perang ini dan tentu jika para negara sahabat dan sekutu kami juga akan masuk ke dalam peperangan, maka peperangan ini akan diluaskan, akan meluas ke wilayah Timur Tengah dan bahkan dunia.
Kami sejak hari pertama telah menyampaikan bahwa kami hanya ingin menyebarluaskan kedamaian dan stabilitas, dan tentu saja hal yang kami lakukan bukan menyerang, tetapi kami adalah di pihak negara yang membela diri. Maka reaksi kami berhenti ketika aksi dari mereka berhenti. Atau dalam istilahnya adalah berhenti untuk berhenti. Jadi mereka berhenti memberikan serangan, kami pun berhenti memberikan balasan.
Kami beranggapan bahwa balasan dari kami harus merupakan balasan yang tegas dan kuat terhadap rezim Zionis Israel. Dikarenakan rezim ini telah membuktikan bahwa apabila dia merasa kuat, dia akan menyerang pihak lainnya. Maka balasan kami kepada rezim Zionis adalah balasan yang kuat dan juga tegas. Kami yakin bahwa rezim Zionis harus diberikan tamparan yang tegas dan serius. Dikarenakan apabila dibiarkan, rezim Zionis akan makin ganas.

Jadi dipastikan Iran tidak akan menyerang lebih dulu?
Tentu kami tidak akan menyerang pihak manapun terlebih dahulu. Kami lakukan hanya pembelaan terhadap diri dan negara kami. Sama seperti operasi True Promise atau Janji Sejati, yang mana itu adalah respons dan tanggapan Iran terhadap langkah-langkah dan serangan-serangan pengecut yang dilakukan oleh rezim Zionis Israel.
Ketika rezim Zionis menyerang gedung konsulat kedutaan Iran di Suriah, maka kami memberikan tanggapan berupa operasi True Promise 1 atau Janji Sejati 1. Ketika Zionis melakukan teror terhadap tamu negara kami, Ismail Haniyeh, dan tidak menghormati teritori Iran dan tidak menghormati tamu kenegaraan kami, maka kami menjawab dengan True Promise kedua.
Dan kini, setelah Israel melalui operasi pengecut dan militernya membunuh masyarakat Iran, membunuh para panglima dan ilmuwan negara kami, tentu kami melancarkan aksi bela diri yaitu True Promise Ketiga.

Iran kini disebut sebagai benteng terakhir Islam. Apa yang mendorong keberanian itu?
Negara kami ditindas oleh rezim Zionis Israel, tetapi kami tidak lemah. Kami merupakan negara yang kuat. Mengapa saya sebut ditindas? Dikarenakan ini merupakan serangan yang ilegal, tidak diperbolehkan melakukan serangan ke wilayah dan teritori negara lain, tidak ada serangan yang diperbolehkan. Maka kami ditindas. Mengapa saya sebut kami kuat? Dikarenakan kami memberikan balasan yang sangat tegas.
Rezim Zionis Israel tentu secara ilegal menyerang negara kami dan melanjutkan pembunuhan kriminalnya di sana dan melancarkan kejahatan. Mengapa ilegal? Saya jelaskan lagi bahwa memang tidak diperbolehkan. Mengapa kriminal? Dikarenakan dia menumpahkan darah dari masyarakat yang tidak berdosa. Kami percaya bahwa dalam pertarungan ini, kami tidak sendiri. Dikarenakan Iran bukan merupakan negara atau target pertama Zionis dan bukan merupakan target terakhir dari rezim Zionis Israel.
Hanya saja keadaan kami berbeda dengan negara yang sebelumnya menjadi sasaran dari rezim Zionis Israel. Misalkan di Lebanon, mereka berpikir bahwa kondisinya akan sama terjadi di Iran, dengan menyerang para panglimanya, mungkin kondisinya akan kurang lebih seperti di Lebanon, atau dengan Gaza, di Palestina, di Yaman. Mereka beranggapan setelah perang, setelah serangan, akan kurang lebih sama.

Coba lihat keadaan yang terjadi di Suriah. Walaupun terjadi regime change di sana, dan pemerintahan baru Suriah tidak pernah menembakkan satu peluru pun kepada Zionis, setiap harinya menjadi sasaran dari serangan Zionis. Atau di Gaza, bahkan senjata sederhana seperti Kalashnikov pun mereka tidak punya. Dan dalam dua pekan kemarin, 200 masyarakat Palestina jadi korban. Di Palestina, khususnya di Gaza, bahkan satu tembok pun yang masih berdiri tegak lurus tidak ada. Semua sudah dihancurkan.
Tetapi Iran adalah lawan yang berbeda. Iran berani memberikan balasan dan mampu memberikan balasan. Kami berbeda dengan masyarakat di jalur Gaza, yang sehari-harinya harus berhadapan dengan kelaparan. Mereka sejumlah masyarakat tidak berdosa yang bahkan tidak memiliki senjata ringan untuk membela diri. Mereka harus dihadapkan kepada situasi kelaparan, bahkan dalam dua minggu belakangan ini 200 di antara mereka dimatikan, dibunuh dan menjadi mati syahid.
Kami berbeda, kami adalah negara yang mana apabila diserang, kami balas. Dan kami menjadi benteng terakhir untuk umat Islam dan untuk dunia Islam. Kami percaya bahwa rezim Zionis akan mengincar semua negara pendukung dari Palestina. Beruntung letak geografis Indonesia jauh dari rezim Zionis. Kalau dekat, sudah pasti menjadi target dari rezim Zionis ini. Dikarenakan Zionis telah membuktikan dia akan datang dan akan mengincar seluruh negara pendukung hak masyarakat Palestina, termasuk negara kami.

Bagaimana Anda melihat keterlibatan Amerika Serikat saat menyerang tiga fasilitas nuklir Iran?
Dukungan Amerika Serikat terhadap rezim Zionis Israel bukan merupakan hal yang baru. Amerika selalu memberikan dukungan terhadap rezim ilegal ini sejak pendiriannya sampai de...